17 Ramadhan Menjadi Perang Besar Sekaligus Hadiah Untuk Kesabaran Orang-Orang Beriman

Bagikan

Kala sesudah umat Islam mengalami intimidasi, kesulitan, dan duka meninggalkan kampung halaman mereka di Mekah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadakan rencana penyergapan kafilah Quraisy. Hal itu merupakan respon dari permusuhan yang mereka lakukan selama ini. Para sahabat Muhajirin dan Anshar pun berkumpul dan bersiaga melakukan penyergapan.

Namun sayangnya rencana dan persiapan matang bukanlah sesuatu yang pasti terjadi. Manusia sehebat Rasulullah pun hanya mampu berencana, namun Allah Subhanahu wa Ta’ala lah yang melakukan apa yang Dia kehendaki.

Penyergapan yang dilakukan gagal. Kafilah dagang yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb nuga berhasil melarikan diri. Malah Quraisy berbalik melakukan persiapan matang untuk berperang. Mereka hendak memberi pelajaran kelompok kecil kaum muslimin agar orang-orang se-Jazirah Arab jangan pernah meremehkan Quraisy. Itulah yang dikatakan Abu Jahal.

Akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabatnya keluar dari Madinah pada tanggal 12 Ramadhan tahun 2 H. Rasulullah juga tidak mewajibkan setiap kaum muslimin untuk ambil bagian menuju Badar. Karena keberangkatan tersebut hanya bertujuan menyergap kafilah Quraisy bukan untuk berperang.

Tentu hal ini sebagai balasan dari perbuatan Quraisy yang telah merampas harta mereka selama di Mekah. Namun sayang, rencana ini berhasil diketahui Abu Sufyan. Kemudian ia mengubah rute kafilahnya.

Mengetahui pergerakan umat Islam tersebut, Quraisy bergegas menyiapkan pasukan besar untuk berperang. Mereka membawa 1300 pasukan. 600 di antaranya pasukan berbaju besi. Dan 100 sisanya penunggang kuda. Mereka juga membawa onta dalam jumlah yang besar. Sementara kaum muslimin hanya berjumlah 314 orang. Ada yang mengatakan 319 orang. 83 di antaranya adalah kaum Muhajirin.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun duduk khusyuk bermunajat kepada Rabbnya. Ia memohon pertolongan kepada Maha Penolong dan berdoa:

“Ya Allah, Inilah Quraisy. Mereka datang dengan segala kesombongan dan kebanggan mereka. Mereka menantang-Mu dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, kurniakan kemenangan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, binasakanlah mereka pada pagi ini.” (Sirah Ibnu Hisyam: 3/164).

Hingga rida’nya pun terjatuh dari pundaknya karena sangat tingginya beliau mengangkat tangannya ke arah langit. Melihat keadaan itu, Abu Bakar merasa tak sampai hati. Ia taruh kembali rida’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas pundaknya dan mendekapkannya.

Kemudian Abu Bakar berkata, “Wahai Nabi Allah, munajatmu kepada Rabbmu telah mencukupi. Dia pasti memenuhi apa yang Dia janjikan kepadamu”. Nabi shallallahu’ alaihi wa sallam pun keluar dari tendanya, kemudian membacakan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” (QS:Al-Qamar | Ayat: 45).

Akhirnya segala kerja keras, Perang besar pertama ini akhirnya dimenangkan oleh kaum muslimin. Terdapat 70 orang-orang musyrik tewas di medan Badar. Di antara mereka adalah tokoh-tokoh Quraisy. Seperti: Abu Jahal, Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabiah, Umayyah bin Khalaf, al-Ash bin Hisyam bin al-Mughirah. Dari pihak kaum muslimin, 14 orang menemui syahidnya. 6 orang Muhajirin. Dan 8 orang Anshar. Perang ini terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 2 H (ar-Rahiq al-Makhtum oleh al-Mubarakfury, Hal: 197-201).

Kemenangan ini memberikan dampak positif terhadap kaum muslimin sekaligus ‘hadiah’ dari Allah Subhanahu wa Ta’ala atas kesabaran orang-orang yang beriman. Orang-orang Arab pun segan terhadap negara Madinah. Sebagaimana juga orang-orang Quraisy tidak lagi meremehkan kaum muslimin dan terus-menerus menganggap mereka lemah.