Jamaah haji dan umrah biasanya sangat getol mengunjungi Masjidil Haram. Wajar saja, karena pahala beribadah di sana diganjar dengan pahala yang sangat besar.
Lagi pula, jamaah haji dan umrah memang ingin kesana. Sebab, masjid tersebut adalah kiblat dan kebanggaan umat Islam di mana pun berada.
Namun, mereka harus mewaspadai tiga hal ini jika hendak menuju ke sana, karena berkaitan dengan kenyamanan saat berada di Masjidil Haram.
Tamu kerajaan
Kalau tamu kerajaan datang, apalagi raja Arab Saudi, maka keamanan akan sangat ketat. Area tawaf menjadi sangat dibatasi.
Bahkan ketika itu jamaah tak dapat menyentuh Ka’bah, Hajar Aswad, dan Multazam untuk bermunajat. Area tersebut akan disterilkan dan dijaga tentara bersenjata api.
Kalau sudah begitu, jamaah biasanya hanya dapat bertawaf dari kejauhan atau melaksanakan shalat, baik sunah maupun wajib.
Musim haji dan puncak umrah
Suasana Masjidil Haram akan lebih padat pada saat musim haji pada bulan Dzulqa’dah–Dzulhijjah, dan umrah pada bulan Ramadhan. Ketika itu jamaah sudah memadati masjid suci beberapa jam sebelum waktu shalat Maghrib.
Area luar masjid seperti di depan gerbang King Abdul Aziz dan King Fahd sampai ke Menara Zamzam menjadi lautan manusia. Kalau sudah begini, jamaah harus mewaspadai barang bawaan agar tidak diambil orang.
Area renovasi
Perluasan Masjidil Haram terus berjalan dari masa ke masa. Saat ini area perluasan ada di area ekspansi King Salman yang membangun area Masjidil Haram dengan fasilitas kubah buka-tutup.
Jamaah disarankan menghindari kawasan ini agar tidak mengganggu para pekerja yang sedang membangun area baru.
Penulis: Abarahmasrina