Al-Diriyah adalah sebuah kota di Arab Saudi yang terletak di pinggiran barat laut ibukota Arab Saudi, Riyadh. Saat ini, kota ini adalah wilayah dari Provinsi Diriyah, yang juga termasuk Desa Uyayna, Jubayla, dan Al-Ammariyyah dan merupakan bagian dari Provinsi Ar Riyad.
Reruntuhan kota tua Diriyah terletak di kedua sisi lembah sempit yang dikenal dengan Wadi Hanifa, yang terletak di bagian selatan melalui ibukota Riyadh. Reruntuhan dibagi menjadi tiga wilayah, Ghussaibah, Al-Mulaybeed, dan Turaif, yang dibangun di atas Perbukitan yang menghadap ke Lembah.
Dari ketiga wilayah tersebut, Turaif adalah yang tertinggi, dan bagian bawahnya adalah tempat yang mudah diakses oleh wisatawan dengan berjalan kaki, dan di tempat ini masih ada beberapa menara observasi.
Apa saja, sih, fakta-fakta yang jarang orang ketahui mengenai Kota Diriyah ini? Berikut akan kami uraikan penjelasannya. Simak baik-baik, ya:
Diriyah merupakan rumah asli dari keluarga kerajaan Arab Saudi, dan menjadi ibukota dari dinasti Saudi pertama yaitu pada tahun 1744-1818.
Beberapa sumber mengatakan bahwa sejarah Diriyah berawal dari abad ke-15. Kota ini didirikan pada tahun 1446-1447 oleh Mani’ al-Muraidi, nenek moyang keluarga kerajaan Saudi. Mani’ dan pasukannya telah datang dari daerah Al-Qatif di bagian timur Saudi, atas undangan dari Ibnu Dir’, yang saat itu penguasa dari kelompok permukiman yang sekarang disebut Riyadh.
Ibnu Dir’ dikabarkan telah menjadi rekan Mani’ al-Muraidi, dan pasukan Mani’ diyakini telah meninggalkan wilayah Wadi Hanifa pada tanggal yang tidak diketahui.
Struktur bangunan di kota Dirinyah hampir semuanya terbuat dari lumpur bata dan reruntuhannya dibagi menjadi tiga wilayah utama, Ghussaibah, Al-Mulaybeed, dan Turaif, yang dibangun di atas Perbukitan yang menghadap ke Lembah.
Dari ketiga wilayah tersebut, Turaif adalah yang tertinggi, dan bagian bawahnya adalah tempat yang mudah diakses oleh wisatawan dengan berjalan kaki, dan di tempat ini masih ada beberapa menara observasi.
Pada tahun 2010, Situs Warisan Dunia Unesco, menetapkan Distrik Turaif di Diriyah sebagai salah satu situs yang berarti bagi umat manusia dan menjadi sebuah warisan bagi generasi berikutnya.
Pada tahun 1818 M, pasukan Turki Utsmani memasuki Diriyah dan setelah enam bulan pengepungan, pemukiman dan taman serta kebun dihancurkan. Sebanyak 1.800 tentara Arab tewas dalam pengepungan itu.
Penulis asal Inggris, Robery Lacey turut meninggalkan Diriyah dengan membawa kenangan buruk. Lacey menggambarkan kondisi Diriyah saat itu laksana Kota Pompeii. Namun, Diriyah lebih beruntung, kawasan itu kembali dihuni pada akhir abad 20 yang mayoritasnya merupakan bangsa nomaden.
Semoga bermanfaat.
Laporan: Fahlaivi
Hegrah Al Ula, atau Madain Salih merupakan situs arkeologi di tengah padang pasir di wilayah…
Keberadaan pengemis di Arab Saudi semakin memprihatinkan. Menurut laporan, sebanyak 90 persen pengemis yang ada…
Tanah Suci Makkah adalah tempat paling mulia untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena di…
Penyelenggaraan ibadah haji 2024 terbilang cukup sukses, bahkan sangat memuaskan menurut catatan Badan Pusat Statistik…
Setidaknya ada 7 julukan bagi Kota Makkah. Kota yang paling suci bagi umat Islam ini…
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dituding mangkir dari panggilan Pansus Angket Haji DPR dengan…