Mengunjungi Sumatera Barat belum sah rasanya kalau tidak mampir ke Jam Gadang Bukittinggi.
Ikon kota Bukittinggi ini menjadi salah satu spot wisata andalan Indonesia yang dikenal hingga ke mancanegara.
Nama ‘Gadang’ diambil dari bahasa Minangkabau yang artinya besar. Wujud Jam Gadang sendiri berupa menara tinggi besar, dengan atap seperti rumah khas Minang.
Di balik kemegahannya, Jam Gadang menyimpan fakta-fakta menarik yang belum banyak orang tahu.
Ternyata pembangunannya tidak menggunakan besi dan semen sama sekali lho! Yuk simak fakta lainnya di bawah ini
1/ Hadiah pemberian Ratu Belanda
Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda pada sekretaris kota yang saat itu dijuluki Controleur. Arsiteknya adalah orang asli Indonesia bernama Yazin dan Sutan Gigi Ameh.
2/ Mesin penggeraknya sama dengan Big Ben di London
Ada satu lagi bangunan di dunia yang bentuknya mirip Jam Gadang, yaitu Big Ben di London.
Usut punya usut, bukan hanya bentuknya yang mirip tapi mesin penggeraknya memang dibuat oleh orang yang sama.
Mesin penggerak manual bernama Brixlion ini dibuat oleh seorang bangsawan ternama bernama Forman.
Menurut sejarah, mesin Brixlion hanya ada dua di dunia yaitu sebagai penggerak Jam Gadang dan Big Ben. Wah, keren juga ya!
3/ Bandul jam sempat patah pada tahun 2007
Masih ingat bencana alam gempa bumi yang mengguncang Sumatera Barat pada tahun 2007? Gempa berkekuatan 5,8-6,4 skala richter ini terasa getarannya hingga ke Singapura dan Malaysia.
Banyak bangunan rusak dan 50 orang lebih meninggal dunia akibat rangkaian gempa yang terjadi dari 6-8 Maret 2007.
Salah satu bangunan yang terkena dampaknya adalah Jam Gadang. Bandul penggerak Jam Gadang yang berada di lantai teratas putus, dan segera dilakukan penggantian. Jadi bandul yang wisatawan lihat sekarang ini adalah versi baru.
4/ Ada keunikan pada penulisan angka ‘4’ dengan bilangan Romawi
Angka 4 pada bilangan Romawi biasa dituliskan dengan IV. Tapi coba perhatikan Jam Gadang Bukittingi, angka 4 ditulis dengan IIII.
Beberapa sejarah menyebutkan penulisan ini diatur oleh pemerintahan Belanda yang kala itu menduduki Bukittingi.
Simbol IV diartikan sebagai I Victory, mengundang kecemasan Belanda akan menumbuhkan semangat perlawanan dari rakyat setempat pada mereka.
Namun sejarah ini belum diakui kebenarannya, mengingat ada satu lagi jam yang menggunakan angka IIII bukan IV. Jam ini milik raja Perancis King Louis XIV yang dipesan khusus pada pembuat jam kerajaan.
5/ Dibuat tanpa rangka besi dan semen
Dengan luas alas 13×4 meter dan tinggi 26 meter, kamu percaya nggak kalau menara kokoh ini dibuat tanpa rangka besi dan semen? Faktanya, pembangunan Jam Gadang hanya menggunakan campuran putih telur, kapur dan pasir putih lho! Jam Gadang menjadi salah satu bukti kehebatan teknik pembangunan zaman dulu.
6/ Sudah 3 kali berganti bentuk atap
Sejak dibangun pada tahun 1926, Jam Gadang sudah mengalami tiga kali pergantian bentuk atap. Awalnya atap berbentuk bulat dan terdapat patung ayam jantan di atasnya yang menghadap ke Timur.
Renovasi pertama dilakukan saat masa pendudukan Jepang, atap Jam Gadang dibuat menyerupai pagoda.
Lalu segera diubah selepas Indonesia merdeka, menjadi seperti atap Rumah Gadang sesuai adat Minangkabau. Kemudian renovasi terakhir baru dilakukan padfa tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI).
Sudah tahu fakta-fakta menarik tentang Jam Gadang, sekarang tinggal menjawab pertanyaan nih, kapan berkunjung ke sana?