Arab Saudi Tertarik Bus Karoseri Indonesia untuk Transportasi Haji

Bagikan

Perusahaan jasa transportasi di Arab Saudi tertarik untuk menggunakan bus produk karoseri Indonesia sebagai sarana transportasi haji.

Hal ini disampaikan oleh Konjen RI di Jeddah Hery Saripudin saat berkunjung ke Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama.

Kehadiran Konjen RI dalam rangka memenuhi undangan Rakor tentang Program Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Penataan Struktur Teknis Urusan Haji dan Umrah pada Konsulat Jenderal RI Jeddah. Rakor akan berlangsung dua hari, 7 – 8 Februari 2019.

Jemaah Haji Indonesia menaiki sebuah Bus. (Istimewa)

“Salah satu perusahaan jasa transportasi besar di Arab Saudi akan menggunakan bus-bus produk karoseri Indonesia. Dalam waktu dekat perwakilan perusahaan tersebut akan segera melakukan penjajagan kerjasama pengadaan bus dengan dua karoseri terkemuka di Indonesia,” terang Hery di Jakarta, Kamis, 7 Februari 2019.

“Kadin Arab Saudi membuka peluang besar investasi berbagai bidang dalam menunjang penyelenggaraan haji. Ada peluang besar perusahaan Arab Saudi bekerjasama dengan pemodal asing termasuk Indonesia,” lanjut dia.

Menurut Hery, penyelenggaraan haji dan umrah sangat berpotensi meningkatkan perdagangan Indonesia dan Arab Saudi. Karenanya, setiap tahun KJRI menggelar pameran produk Indonesia di Arab Saudi untuk menunjang penyelenggaraan haji dan umrah.

Pameran itu dikatakan Hery bertujuan  mengenalkan produk pangan dari Indonesia, dan terbukti membukukan transaksi yang cukup besar.

“Harapan kami supaya penyelenggaraan haji dan umrah memiliki dampak lebih luas di luar sisi ibadah. Seperti menunjang perdagangan antara Indonesia dan Arab Saudi,” ujar dia.

“Ada potensi ekonomi dan perdagangan yang besar dalam penyelenggaraan ibadah haji. Pasca pameran telah terjadi kesepakatan dagang seperti komponen perlengkapan perhotelan, penjajagan pengadaan bus produk Indonesia, dan produk pangan,” lanjutnya.

Hery mengaku tahun lalu ada produk Indonesia berupa kecap, kopi, dan teh yang tertahan dan tidak dapat keluar dari pelabuhan dan bandara. Hery meyakinkan bahwa itu sudah diantisipasi untuk tahun ini dengan pengurusan izin masuk produk lebih awal.

“Agar produk kita mudah masuk ke Arab Saudi memang perlu strategi pengadaan, koordinasi dan kerjasama antar instansi, memahami skema pengadaan barang di Arab Saudi, dan beberapa hal lainnya” lanjut Hery.

Hery menuturkan perlunya Indonesia belajar dari China. Dia mengatakan bahwa 90% kain ihram dan cinderamata  seperti mainan dan tasbih yang beredar di Arab Saui merupakan produk negeri tirai bambu.