Bak di Indonesia, Taiwan Miliki Rainbow Village yang Dilukis Seorang Kakek

Bak di Indonesia, Taiwan Miliki Rainbow Village yang Dilukis Seorang Kakek

Bagikan

Tak hanya di Indonesia, di Taiwan juga terdapat kampung yang penuh dengan rumah berwarna-warni. Semuanya dicat oleh seorang tentara veteran tua.

Tempat wisata di Taiwan yang dikenal sebagai Rainbow Village berlokasi di Distrik Nantun, Taichung, Taiwan. Raibow Village alias Kampung Pelangi ini merupakan kompleks perumahan dengan cat berwarna-warni, penuh dengan lukisan.

Bak di Indonesia, Taiwan Miliki Rainbow Village yang Dilukis Seorang Kakek

Dari informasi yang dikumpulkan tfanews.com, ada sekitar 11 rumah di Rainbow Village, semuanya dilukis oleh seorang veteran bernama Huang Yung-fu. Nah, Huang Yung-fu dulunya adalah seorang tentara yang berasal dari Guangzhou, China. Pada 1937, ia yang saat itu masih berusia 15 tahun mulai ikut mengangkat senjata dalam Perang Sino-Jepang Kedua.

Selanjutnya, usai Perang Dunia Kedua, Huang turut berperang melawan pemerintah Komunis Mao Zedong. Ketika Partai Nasionalis atau Kuomintang kalah tahun 1949, Huang bersama 2 juta tentara lainnya melarikan diri ke Taiwan. Kemudian dibuatlah kompleks-kompleks perumahan di berbagai penjuru Taiwan untuk para tentara dan keluarganya yang mengungsi ini.

Perumahan tersebut awalnya dibuat untuk tempat tinggal sementara. Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya menjadi tempat tinggal permanen. Di tahun 1978, Huang pensiun dan membeli bungalow di kompleks perumahan yang menjadi cikal bakal Rainbow Village.

Bak di Indonesia, Taiwan Miliki Rainbow Village yang Dilukis Seorang Kakek

Awalnya ada sekitar 1.200 rumah di sana. Tahun demi tahun berlalu, banyak yang sudah pindah dari perumahan tersebut. Bangunan yang dulunya memang dibangun dengan terburu-buru, semakin lama semakin menunjukkan kerusakan. Hingga pemerintah Taiwan memutuskan untuk merubuhkan kompleks perumahan tentara di berbagai penjuru Taiwan, termasuk yang ditinggali Huang.

Di kompleks perumahan Huang, tinggal tersisa 11 rumah dan yang menetap di sana hanya dirinya sendiri. Ketika diminta untuk pindah karena perumahan akan dirobohkan, Huang tidak bersedia. Ia telah tinggal di sana selama puluhan tahun, Huang yang sebatang kara di Taiwan tak punya tempat lain untuk pulang.

Pada tahun 2008, di usianya yang sudah lanjut dan sudah puluhan tahun tidak melukis, tercetus ide Huang untuk menggambar dinding rumahnya. Awalnya hanya berupa lukisan burung kecil di rumahnya, lalu berlanjut ada gambar kucing, manusia dan pesawat. Dia terus menggambar sebagai langkah perlawanan supaya pemerintah tidak merobohkan tempat tinggalnya.

Bak di Indonesia, Taiwan Miliki Rainbow Village yang Dilukis Seorang Kakek

Dua tahun kemudian, seorang mahasiswa dari Universitas Ling Tung terpesona dengan kegigihan Huang melukis kawasan rumahnya. Dia pun mulai menggalang dana untuk membantu Huang membeli cat, serta membuat petisi, lengkap dengan kisah perjuangan Huang, untuk memprotes pembongkaran pemukiman.

Petisi ini begitu menarik perhatian khalayak. Akhirnya rencana pembongkaran pemukiman pun dibatalkan. Sebelas rumah termasuk yang ditinggali Huang diminta untuk dilestarikan. Huang akhirnya bisa terus tinggal di sana dengan tenang.

Pemukimannya yang kemudian dikenal sebagai Rainbow Village ini juga menarik banyak wisatawan berkunjung. Dalam setahun kunjungannya bisa mencapai 1 juta. Rasanya Huang senang pemukiman yang tadinya hanya ditinggalinya sendiri, kini ramai wisatawan.

Setiap harinya, Huang yang berusia 96 tahun ini masih terus melukis. Berbagai sisi pemukiman penuh dengan gambar-gambar unik yang terinspirasi dari masa kecil dan imaginasi Huang. Di sela-sela melukis, dia tak jarang duduk di salah satu sudut teras rumah, menyapa wisatawan yang hadir.

Saat berkunjung ke Rainbow Village beberapa waktu lalu, detikTravel berkesempatan bertemu langsung dengan Huang, yang dijuluki Granpa Rainbow. Pria lanjut usia ini mengenakan bau abu-abu, jaket dan celana panjang hitam, serta topi.

Bak di Indonesia, Taiwan Miliki Rainbow Village yang Dilukis Seorang Kakek

Dia duduk di kursi sebelah toko suvenir Rainbow Village. Di depannya ada meja dengan lukisan-lukisannya di atas lembaran yang kira-kira sebesar kertas A4, dan benda-benda lain termasuk wadah kecil buat pengunjung yang ingin memberi donasi. Wisata kemari memang gratis, tapi dipersilahkan jika traveler ingin memberi donasi seikhlasnya.

Huang tampak berbincang dengan seorang turis pria dengan bahasa Mandarin, sesekali ia tertawa bahagia. Kemudian ada beberapa turis yang meminta foto bareng Huang. Huang menyambutnya dengan senyum mengembang di bibir. Saya pun ikut menyapa dan memotret pria yang ramah ini, sebelum lanjut berkeliling Rainbow Village.

Oiya, tak hanya dinding rumah, tapi sampai jalanan di luarnya pun ikut dicat oleh Huang. Wah! Jadi benar-benar sejauh mata memandang tak luput dari pemandangan lukisan penuh warna, seperti di dunia dongeng.

Selain melihat rumah-rumah dari luar, bisa juga untuk masuk ke dalamnya. Ada pula yang tertutup, namun traveler bisa sedikit melihat sisi dalam dari jendela yang dicat merah. Selama di sini, traveler bisa berkeliling kompleks, menikmati halaman yang rimbun dengan pepohonan, bertemu Huang, hunting foto, hingga belanja suvenir. Kalau mau duduk santai sambil menyesap kopi ataupun makan es krim juga bisa, tersedia kedai kedai yang menjualnya di sini.

Pastinya pulang dari Rainbow Village traveler bisa dapat banyak foto-foto liburan yang penuh warna. Namun kalau ingin foto di spot tertentu, kadang harus sabar mengantre dengan traveler lain ya.