Banjir Nabi Nuh menenggelamkan semua permukaan bumi. Nabi Nuh bersama bahtera dan penumpangnya yang terdiri dari kaum beriman dan hewan-hewan pilihan berlayar selama 150 hari.
Dalam peristiwa banjir Nabi Nuh itu, hampir semua manusia yang tidak beriman kepadanya ikut tenggelam bersama dengan air bah.
Dikisahkan bahwa sebelum air bah tersebut menenggelamkan bumi, terlebih dahulu Allah SWT berfirman kepada Nabi Nuh, “Wahai Nuh, jika tempat pembakaran dari rumah Sam memancarkan air, maka naiklah ke atas perahu.”
Mendengar firman itu, Nuh langsung beranjak menemui Sama, yang merupakan anak Nabi Nuh yang usianya telah mencapai 300 tahun.
Sampai di kediaman Sam, Nabi Nuh bertemu dengan menantunya, yaitu istri dari Sam yang bernama Rahmah. Dalam pertemuan itu, Nabi Nuh berkata kepadanya, “Wahai Rahmah, sesungguhnya awal datangnya banjir besar itu pertama-tama menyumber dari tempat pembakaran yang kamu gunakan setiap harinya untuk membuat roti ini.
“Jika kamu melihat pembakaran ini memancarkan air, maka seketika itu pula kamu harus cepat-cepat memberitahuku,” ucap Nuh kepada menantunya.
Tak lama setelah itu, tepatnya pada hari Jumat tertanggal 10 Rajab, ketika Rahmah hendak membakar rotinya, tiba-tiba keluarlah air yang menyumbar begitu derasnya.
Singkat cerita, air yang keluar itu semakin besar. Dan menenggelamkan semuanya. Nuh pun bergegas menyuruh semua orang untuk menaiki bahteranya. Namun, sebagian besar orang memilih untuk mencari perlindungan sendiri. Termasuk Sam, anak Nuh.
Bahtera itu terus berlayar mengelili bumi. Mengarah ke Mekah dan Baitul Maqdis. Rombongan itu menyeinggahi tempat-tempat penting bagi kaum yang beriman.
Saat bahtera itu sampai di satu tujuan terntu, bahtera itu berkata kepada Nabi Nuh, “Wahai Nabi Nuh, ini adalah ini, dan itu adalah tempat itu.” (Disesuaikan dengan penggambaran peristiwa penting masa lalu dan masa depan).
Saat rombongan Nabi Nuh itu berada di Ka’bah, bahtera itu mengitarinya sebanyak tujuh kali. Banjir yang setinggi gunung tertinggi itu belum juga surut. Perjalanan mereka pun terus berlanjut.
Hingga tiba saatnya, yaitu pada bulan Rajab hingga penghujung Zulhijjah, Nuh beserta rombongannya yang berada di dalam bahtera sampai di Bukit Jud, di dekat Mushal.
Hingga saat itu, mereka masih tetap bertahan di dalam bahtera hingga pada tangl 10 Muharram bahtera itu pun mendarat. Dan mereka yang ada di sana menjalankan puasa pada tanggal itu sebagai bentuk rasa syukur karena telah selamat dari azab Allah SWT.
Dikuitp dari Bada’i Al-Zuhur fi Waqa’i Al-Duhur yang ditulis oleh Syekh Muhammad bin Ahmad bin Iyas Al-Hanafi, bahwa setelah banjir Nabi Nuh itu reda, yang puasa pada hari itu bukan hanya manusia, melainkan juga hewan-hewan yang bersama mereka pun turut berpuasa.
Hegrah Al Ula, atau Madain Salih merupakan situs arkeologi di tengah padang pasir di wilayah…
Keberadaan pengemis di Arab Saudi semakin memprihatinkan. Menurut laporan, sebanyak 90 persen pengemis yang ada…
Tanah Suci Makkah adalah tempat paling mulia untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena di…
Penyelenggaraan ibadah haji 2024 terbilang cukup sukses, bahkan sangat memuaskan menurut catatan Badan Pusat Statistik…
Setidaknya ada 7 julukan bagi Kota Makkah. Kota yang paling suci bagi umat Islam ini…
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dituding mangkir dari panggilan Pansus Angket Haji DPR dengan…