Kepala Seksi Kesehatan Haji Indonesia Daerah Kerja (Daker) Madina, Dokter Karmijo mengatakan banyak jamaah haji lanjut usia (lansia) yang mengalami demensia.
Demensia adalah kondisi medis yang membuat penurunan kemampuan berpikir dan ingatan seseorang, gangguan ini umumnya terjadi pada lansia usia di atas 65 tahun.
Demensia yang dialami banyak jamaah haji lansia ini dipicu sejumlah penyebab. Salah satunya, karena jamaah haji lansia kurang siap untuk melakukan perjalanan jarak jauh.
Selain itu, kata Karmijo, jamaah haji lansia berangkat tanpa pendamping, stres karena baru pertama kali naik pesawat terbang, duduk dalam durasi lama bukan dengan keluarga, hingga mereka harus menahan haus dan lapar serta buang air kencing selama perjalanan.
“Pemicunya banyak. Lansia mungkin mengalami ketakutan di pesawat tapi mereka tidak mengungkapkan perasaannya sehingga membuat lansia stres dan memicu munculnya demensia,” jelas Karmijono, Senin (20/5/2024).
Karmijo menyebut, lansia harus beradaptasi secara fleksibel terhadap lingkungan baru, sedangkan kemampuan berpikir dan daya adaptasi lansia sudah menurun.
“Mereka sulit mengatasi masalah,” ungkapnya.
Untuk penyebab pasti, kata dia, tergantung jenis demensia, karena gangguan ini merupakan sindroma otak progresif.
“Terlihat dengan gejala memori, perubahan perilaku, dan lain-lain. Tetapi, sebenarnya tergantung juga pada kepribadian sebelumnya masing-masing lansia,” tambahnya.
Menurut dia, lansia yang mempunyai riwayat penyakit organik seperti gula dan hipertensi berisiko mengalami demensia bila mereka tidak mengonsumsi obat secara rutin.
Imbauan Kepada Haji Lansia
Dokter Karmijo mengimbau kepada masyarakat yang mempunyai keluarga lansia yang akan berangkat haji agar mempersiapkan mental mereka jauh-jauh hari.
“Mereka diajak bersosialisasi dengan rekan-rekan satu rombongannya agar sudah mengenal sejak di tanah air,” katanya.
Menurut dia, sejak kegiatan manasik dan bimbingan haji, para lansia sudah harus disiapkan metalnya. Diberitahu bahwa haji ini melibatkan perjalanan jauh.
“Diakrabkan dengan rekan satu rombongannya. Jika sudah ada kenalan sebelum perjalanan, mereka kemungkinan tidak akan stres karena ada teman bicara,” ungkapnya.
Untuk jemaah lansia, dia mengingatkan untuk tidak segera melaksanakan ibadah saat tiba di tanah suci. Istirahat dulu, dan makan makanan yang bergizi.
Jika mereka memiliki barang-barang pribadi yang bisa membuat nyaman, dibawa serta. Keluarga pendamping atau rekan sekamar diminta untuk sering-sering menyapa dan mengajak berbincang.
“Mereka sensitif. Ketua rombongan sebaiknya menciptakan suasana kelompok yang saling mendukung sehingga lansia tidak merasa sendiri,” kuncinya.