Rumah Pengasingan Iwa Kusumasumantri terletak di Jalan Sutan Syahrir, Kelurahan Dwi Warna, Banda Neira Kota Maluku Tengah. Bangunan satu lantai tersebut dibangun di atas lahan seluas 672.07 m2 dengan luas bangunannya yaitu 358 m2.
Oleh karena tulisan-tulisannya dan mengikuti upaya untuk mengorganisasi darekat dagang, pada 1929 Iwa ditangkap oleh Belanda dan menghabiskan satu tahun di penjara sebelum dibuang ke Banda Neira, Kepulauan Banda.
Ketika diasingkan ke Banda, ia bertemu beberapa tokoh nasionalis terkemuka yang juga ada di pengasingan, misalnya Muhammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Cipto Mangunkusumo. Bersama-sama mereka membangun sekolah di Banda Neira.
Iwa kemudian kembali ke Batavia dan selama pendudukan Jepang (1942-1945) ia mengoperasikan sebuah firma hukum di sana. Ia juga memberikan beberapa kuliah tentang penyebab nasionalis, di bawah pengawasan ketat pasukan Jepang.
Secara umum Rumah Pengasingan Iwa Kusumasumantri terdiri atas rumah utama, paviliun kanan (paviliun timur) serta paviliun kiri (paviliun barat).
Atap rumah utama bertipe perisai tumpuk yang dibuat dari seng dengan lisplang berornamen dan kisi-kisi kayu di atap paling atas. Kuda-kuda bangunan ini berupa kayu balok dengan ukuran bervariasi.
Pada kuda-kuda ini terdapat besi pengaku berbentuk setengah lingkaran. Dinding bangunan berupa bata yang plesteran.
Lantai di serambi dan badan rumah merupakan tegel berwarna krem yang memiliki hiasan coklat dan hitam. Tegel ini berbentuk wajik dan heksagon dengan ukuran tegel 50×50 cm.
Sementara lantai dapur berupa lantai terakota berbentuk persegi dengan ukuran 30×30 cm. Di serambi depan terdapat pagar kayu yang dicat hijau berbentuk pagar langkan. Tangga di bagian depan memiliki tegel bermotif floral berbentuk setengah lingkaran.
Sebagian besar unsur bangunan ini telah rusak parah yang tersisa adalah fasad depan berupa tembok bata plesteran yang berwarna kelabu.
Bangunan ini sudah hancur yang tersisa adalah bagian fasad depan saja berupa tembok bata plesteran. Pintu dan jendala yang tersisa hanya kusennya saja.
Kondisi bangunan tersebut saat ini kurang terlalu terawat karena banyak bagian bangunannya yang telah rusak.
Paviliun kanan separuhnya sudah hancur, hanya menyisakan fasad depan saja dan separuhnya dijadikan tempat cuci/MCK. Sedangkan paviliun kiri sudah hancur seluruhnya tinggal fasad depan saja.
Hegrah Al Ula, atau Madain Salih merupakan situs arkeologi di tengah padang pasir di wilayah…
Keberadaan pengemis di Arab Saudi semakin memprihatinkan. Menurut laporan, sebanyak 90 persen pengemis yang ada…
Tanah Suci Makkah adalah tempat paling mulia untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena di…
Penyelenggaraan ibadah haji 2024 terbilang cukup sukses, bahkan sangat memuaskan menurut catatan Badan Pusat Statistik…
Setidaknya ada 7 julukan bagi Kota Makkah. Kota yang paling suci bagi umat Islam ini…
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dituding mangkir dari panggilan Pansus Angket Haji DPR dengan…