Benteng Salahudin, atau Qal’at yang berdiri kokoh di atas bukit di kota Kairo Mesi rini didirikan antara 1176 dan 1183 M, beberapa tahun setelah mengalahkan Dinasti Fatimiyah.
Pendirian Benteng Salahudin bertujuan untuk membendung dan melindungi Mesir dari serangan tentara Salib yang saat itu menyerang Islam dengan membabi buta.
Tak hanya membangun benteng, ia juga membangun dinding yang mengelilingi dua pusat kota ketika itu, yaitu Kairo dan Fustat. Benteng itu hingga kini masih berdiri dengan kokoh, dan mudah dijangkau.
Para pengunjung datang dari penjuru dunia untuk menikmati peninggalan sejarah Islam. Pertama masuk, pengunjung seolah dibawa ke masa lalu, pasalnya, semua bangunannya masih utuh seperti sedia kala.
Mengenal Sosok Pendiri Benteng Salahudin
Pertama kita harus mengenal Dinasti Ayubiyah, yang merupakan kerajaan Salahudin al-Ayubi, seorang tokoh Kurdi yang berkebangsaan Suriah. Pada 1169, dirinya dengan Shirkuh, menaklukan Mesir dari cengkeraman Raja Zengiyyah
Dalam abad ke-12 dan ke-13, dinasti ini memiliki daerah kekuasaan yang sangat luas, yaitu meliputi Mesir, Suriah, Yaman, Diyar Bakr, Makkah, Hijaz, dan Irak utara.
Sejarah mencatat, salah satu prestasi terbesar dinasti ini ialah mengalahkan tentara Salib dan membuat mereka malu dalam Perang Hattin, yang bertujuan menaklukkan dan mengambil alih Baitul Maqdis dari tangan tentara Salib. Peristiwa itu terjadi pada 1187.
Salahudin menghembuskan nafas terakhir pada 1193, sejak saat itu, Dinasti ini semakin melemah. Dan pada akhirnya, Dinasti ini tamat, setelah pada 1250 Turanshah, Sultan Ayubiyah terakhir terbunuh oleh budak Mamluk Aibeknya.
Dinasti ini dikenal memiliki armada dan benteng yang sangat kuat. Dinasti Ayubiyah berhasil mendirikan sejumlah bangunan yang kokoh, termasuk pembangunan benteng dan lainnya.
Selain Benteng Salahudin di Kairo, ada juga jejaknya di Saône di Suriah. Lokasinya terletak di 7 km sebelah timur dari Kota Al-Haffah dan 30 km sebelah timur dari Kota Latakia.
Situs ini pernah berada di bawah Kaisar Bizantium John I Tzimiskes. Namun pada awal abad ke-12, kaum Frank mengendalikan situs ini, dan pada 1188 jatuh ke tangan pasukan Saladin setelah pengepungan tiga hari.