Oleh : Endah Purwaningsih
Kota Yogyakarta menyuguhkan destinasi alam dan kesenian yang mempesona. Beragam tempat nan indah dapat mengundang wisatawan domestik dan mancanegara. Salah satu destinasi unik di sana adalah Benteng Vredeburg.
Mudah dijangkau
Benteng Vredeburg terletak di jalan A.Yani nomor 6 Ngupasan, Gondomanan, Jogjakarta. Benteng Vredeburg dapat dengan mudah di jangkau, karena berada di kawasan malioboro.
Apabila kita menggunakan kereta api dan turun di stasiun tugu butuh waktu 10 menit untuk berjalan kaki dan apabila menggunakan kendaraan pribadi mudah ditemukan karena terletak di pinggir jalan raya dan depan di depan Gedung Agung dan Kraton Kesultanan Jogjakarta.
Bangunan bersejarah ini menyimpan banyak keistimewaan. Berikut 5 keistimewaan yang disajikan oleh Benteng Vredeburg:
Murah meriah
Berkunjung ke Benteng Vrederburg tidak membutuhkan biaya yang besar. Benteng yang merupakan peninggalan Belanda ini mematok tiket masuk Rp 3.000,00.
Dengan harga masuk Rp 3.000,00 dapat menikmati pemandangan yang klasik dan membuka pengetahuan kita tentang sejarah bangsa ini. Benteng Vredeburg buka pada hari dan jam berikut:
Hari | Pukul |
Senin | Tutup |
Selasa | 07.30-16.00 |
Rabu | 07.30-16.00 |
Kamis | 07.30-16.00 |
Jumat | 07.30-16.00 |
Sabtu | 07.30-16.00 |
Bangunan luas dan spot foto instagramable
Bangunan tua ini memiliki luas lahan 45.574 m2 dan luas bangunan 12.803,87 m2. Benteng Vredeburg juga memiliki tempat parkir yang luas sehingga untuk yang pergi rombongan menggunakan bus dan kendaraan pribadi tidak perlu khawatir.
Gaya arsitekturnya khas bangunan indis ( campuran budaya jawa dan Belanda ). Bahan utamanya batu bata sehingga menambah kesan klasik dan elegan.
Benteng Vredeburg juga memiliki parit di halaman depan sebelum gerbang masuk. Dengan suasana benteng yang klasik dan unik ini terdapat spot foto yang instagramable dan cocok untuk yang mengadakan sesi foto pra-wedding.Berikut beberapa spot foto yang wajib di coba:
Tempat mempelajari sejarah
Benteng Vredeburg merupakan peninggalan penjajah Belanda. Bangunan khas Eropa itu merupakan saksi perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia. Dibangun pada 1760, kompleks tersebut menjadi tempat penyimpan senjata.
Bangunan tua itu merupakan tempat belajar sejarah yang lengkap. Ruangan di dalamnya terbagi menjadi empat diorama.
Terdiri dari koleksi realita, seperti peralatan rumah tangga, senjata, pakaian, dan lain sebagainya. Ada juga miniatur, koleksi foto, replika, lukisan, dan koleksi adegan peristiwa sejarah dalam bentuk minirama.
Pada diorama terdapat penjelasan setiap gambar atau lukisan dan benda-benda yang di tampilkan sehingga kita dapat dengan mudah belajar sejarah.