Lomba Artikel

Berwisata Sembari Melestarikan Hutan di Wisata Mangrove Kampoeng Nipah

Oleh: Ransoter Marbun

Berwisata di pantai sembari berenang dan bermain pasir adalah hal biasa. Tapi, bagaimana jika berwisata di pantai sembari melestarikan hutan? Nah, ini baru luar biasa. Jika ingin berwisata sembari melestarikan hutan, maka Wisata Mangrove Kampoeng Nipah adalah pilihannya.

Lokasi wisata ini terletak di Desa Muara Maimbai Kecamatan Sei Nagalawan Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Lokasinya relatif terjangkau dengan menggunakan transportasi darat.

Dari Terminal Amplas Medan, pengunjung dapat menaiki angkutan jurusan Medan-Tebing Tinggi dan berhenti di Simpang Pantai Klang, Kecamatan Sei Buluh. Ongkosnya Rp 10.000. Waktu tempuh perjalanan dari Terminal Amplas-Simpang Pantai Klang ini sekitar satu jam.

Dari Simpang Pantai Klang, perjalanan dilanjutkan menuju Kampung Nipah yang berjarak sekitar delapan kilometer dengan menggunakan ojek. Ongkosnya Rp 30.000 hingga Rp 35.000. Karena ojeknya bukan ojek resmi seperti Grab dan Gojek, jadi pintar-pintarlah saat bernegosiasi dengan sopir ojek.

Sekitar dua kilometer sebelum sampai di Wisata Mangrove Kampoeng Nipah, pengunjung akan melewati jalan yang bersisian dengan sungai yang bermuara ke laut. Mendekati lokasi, pengunjung akan diberhentikan oleh petugas untuk membayar tiket masuk.

Biaya tiketnya tidak mahal, hanya Rp 15.000 per orang. Harga tiket ini sudah termasuk uang parkir untuk satu sepeda motor. Sedangkan biaya parkir mobil Rp 30.000 per mobil.

Wisata Mangrove Kampoeng Nipah ini sejatinya adalah sebuah pantai yang dikelilingi hutan mangrove dengan luas sekitar enam hektar. Hebatnya, Wisata Mangrove Kampoeng Nipah merupakan ekowisata mangrove terpadu berbasis masyarakat pertama di Indonesia.

Mengapa disebut berbasis masyarakat, karena sebagian besar pengelolanya adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Wisata Mangrove. Pencetus Wisata Mangrove ini adalah pasangan suami istri yang juga aktivis lingkungan hidup, Sutrisno dan Jumiati. Keprihatinan keduanya akan rusaknya hutan mangrove membuat mereka mengajak warga sekitar untuk mengonservasi hutan mangrove.

Setelah ekosistem hutan mangrove dilestarikan, keduanya kemudian menjadikan kawasan hutan menjadi Wisata Mangrove. Mereka membentuk koperasi sebagai pengelola. Di dalam lokasi ini, terdapat pantai, hutan mangrove, pengolahan produk makanan keripik berbahan dasar mangrove, homestay (kamar), restoran, musala, aula, kamar mandi, dan pondok bersantai.

Di lokasi wisata  ini, pengunjung dapat menikmati berbagai fasilitas yang disediakan pengelola. Mulai dari sekadar mandi di pantai, menangkap kepiting, memancing ikan, bermain banana boat dan lain lain. Jika kepiting dan ikan sudah berhasil ditangkap, pengunjung dapat meminta pengelola untuk memasaknya sebagai lauk makan siang.

Nah, agar tujuan pelestarian hutan tercapai, pengelola menyiapkan paket edukasi untuk pengunjung yakni kelas mangrove, tracking dan adopsi pohon. Pada kelas mangrove pengunjung dipandu oleh pemandu untuk mendapatkan informasi seputar mangrove. Misalnya sejarah hutan mangrove, jenis‑jenis pohon di hutan mangrove, manfaat mangrove dan lain‑lain.

Untuk pengunjung yang ikut kelas mangrove, maka dilanjutkan dengan tracking ke hutan mangrove. Saat tracking ke hutan mangrove, pengunjung akan melihat seperti apa hutan mangrove, jenis‑jenis pohon mangrove dan ekosistemnya.

Bagi pengunjung yang ikut kelas mangrove dapat mengikuti program adopsi pohon yakni kegiatan menanam mangrove. Pengunjung cukup membeli satu atau beberapa tanaman mangrove seharga Rp 10.000 per pohon untuk ditanam di sekitar pantai. Pengunjung bisa menempelkan nama mereka di sekitar pohon yang ditanam.

Nah, setelah urusan tanam menanam pohon selesai, jangan lupakan sensasi bermain-main di pinggri pantai ataupun berenang. Kawasan pantainya terbilang bersih. Sampah hampir tak ditemukan di pantai ini.

Kenapa bisa bersih begitu? Pengelolaannya cukup baik. Semoga pantai ini tetap bersih sampai kapanpun. Pengunjung yang datang pun hendaknya memiliki kesadaran yang tinggi untuk menjaga kebersihan pantai ini.

Informasi (penunjuk) di pantai ini cukup lengkap. Misalnya, plang yang berisikan keterangan harga makanan dan minuman. Kalau dihitung-hitung dengan harga di luar kawasan pantai, harga-harga yang tertera tergolong standart dan masuk akal. Ada juga plang keterangan lokasi mandi meski bentuknya sangat sederhana.

Wisata Mangrove Kampoeng Nipah ini cocok menjadi alternatif wisata di akhir pekan. Lokasinya yang terjangkau dan biaya masuk yang murah menjadi alasan mengapa harus datang ke tempat ini.  Selain berwisata di pantai, pengunjung sekaligus dapat melestarikan hutan mangrove.

Marshal

Recent Posts

Hegrah Al Ula, Saksi Bisu Kebeneran Kisah Nabi Salih dan Kaum Tsamud

Hegrah Al Ula, atau Madain Salih merupakan situs arkeologi di tengah padang pasir di wilayah…

2 months ago

Langkah Pemerintah Pakistan Kurangi Jumlah Pengemis di Arab Saudi

Keberadaan pengemis di Arab Saudi semakin memprihatinkan. Menurut laporan, sebanyak 90 persen pengemis yang ada…

2 months ago

7 Tempat Doa Mustajab di Makkah, Dengan Niat Ikhlas Insyaallah Terkabul

Tanah Suci Makkah adalah tempat paling mulia untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena di…

2 months ago

Begini BPS Melakukan Survei Kepuasan Jamaah Haji 2024, Independen Tidak?

Penyelenggaraan ibadah haji 2024 terbilang cukup sukses, bahkan sangat memuaskan menurut catatan Badan Pusat Statistik…

2 months ago

7 Julukan Kota Makkah dan Asal Usul Penamaannya

Setidaknya ada 7 julukan bagi Kota Makkah. Kota yang paling suci bagi umat Islam ini…

2 months ago

Dituding Mangkir dari Panggilan Pansus Haji, Ini Kegiatan Menag di Perancis

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dituding mangkir dari panggilan Pansus Angket Haji DPR dengan…

2 months ago