Terkadang makanan tradisional tak bisa lagi dinikmati lantaran sang pembuat tak lagi menjajakan makanannya. Hal itu yang membuat sebuah keluarga penjual Bubur Asinan Semur (Ase) meneruskan perjuangan Bu Neh untuk menjaga eksistensi bubur nyeleneh ini.
Bagaimana tidak nyeleneh? Bu Neh dan anak-anaknya yang kini berjualan bubur Ase, menjual makanan campuran bubur putih, ditambah asinan dengan timun, dan kuah semur.
Sepintas, dari tampilannya, bubur ini dipenuhi oleh kerupuk merah dan emping. Namun, ketika dibuka, bubur Ase ini terlihat berisi bubur yang dikuahi dengan semur berwarna coklat yang memiliki tekstur agak encer. Tak lupa, semur itu memiliki isian tahu dan juga potongan daging sapi.
Sehingga, bubur Ase memiliki rasa manis karena adanya kuah semur yang mengguyur bubur putih tersebut. Sementara isian tahu dan potongan daging sapi, sedikit mewarnai rasa gurih khas daging.
Campuran asinan
Yang membuat semakin aneh dari bubur Ase ini adalah campuran asinan yang berisi tauge, timun, sawi asin, lokyu, dan lobak yang telah direndam dengan cuka garam dan gula. “Katanya sih yang bikin beda dari bubur Ase yang lain adalah asinannya ini lebih lengkap,” kata Yeni, salah satu putri dari Bu Neh.
Sehingga, rasa asam pun juga ditemukan dalam bubur Ase ini. Adanya “perang” rasa menjadi daya tarik tersendiri dari kuliner yang telah ada sejak 1968 di Jakarta ini.
Sepiring bubur Ase sendiri dihargai sekitar Rp 15 ribu. Semenjak Bu Neh meninggal, penjualan bubur Ase dilakukan oleh anak-anaknya, termasuk Yeni dan Heru berdasarkan pesanan.
Namun, Yeni mengutarakan, akan membuka pesanan selama bulan Ramadan tahun ini. Bubur yang mulai langka ini sekarang masih bisa ditemukan di Kebon Kacang 3 Nomor 83 dari siang sampai malam.