Simah laut bukan sekadar tradisi tolak bala. Di dalamnya ada ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Sang Pencipta.
Pada perayaan Simah Laut Desember lalu, masyarakat menyajikan beragam kue dan makanan. Ini adalah sesuatu yang jarang ditemukan pada tahun sebelumnya.
“Prosesi melarung miniatur kapal berisi berbagai jenis kue dan makan lain yang biasanya dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya, kini ditiadakan,” kata Wakil Bupati Kotawaringin Timur HM Taufiq Mukri, beberapa waktu lalu.
Ini merupakan kesepakatan masyarakat setempat atas saran tokoh agama karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam. Masyarakat tidak ingin acara syukuran dan tolak bala malah menjadi pemicu bencana.
Kegiatan ini merupakan salah satu acara yang diharapkan bisa mendukung pengembangan pariwisata daerah. Objek wisata Pantai Ujung Pandaran terus dikembangkan sehingga diharapkan makin menarik minat wisatawan.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata diharapkan lebih kreatif menggali potensi budaya daerah yang ada di masyarakat. Sehingga dapat dituangkan dalam program pengembangan budaya dan kepariwisataan.
Kegiatan seperti ini juga menjadi peluang menghasilkan pendapatan asli daerah sebagai salah satu pemasukan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur.
Hegrah Al Ula, atau Madain Salih merupakan situs arkeologi di tengah padang pasir di wilayah…
Keberadaan pengemis di Arab Saudi semakin memprihatinkan. Menurut laporan, sebanyak 90 persen pengemis yang ada…
Tanah Suci Makkah adalah tempat paling mulia untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena di…
Penyelenggaraan ibadah haji 2024 terbilang cukup sukses, bahkan sangat memuaskan menurut catatan Badan Pusat Statistik…
Setidaknya ada 7 julukan bagi Kota Makkah. Kota yang paling suci bagi umat Islam ini…
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dituding mangkir dari panggilan Pansus Angket Haji DPR dengan…