Pengelola warung Timlo Sastro, Hardjono mengatakan, alasan kedua orangtuanya mendirikan warung timlo awalnya sekadar berwirausaha. Bisnis kuliner ketika itu dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Warung itu mulai dibuka setelah Sastro berkeluarga. Awalnya dagang Timlo ini dilakukan dengan bakulan. Ternyata itu disukai. Banyak pelanggan yang cocok di Solo.
“Dulu kan masih jarang warung timlo. Baru sekarang ini banyak. Makanya saya berani menulis warung ini sebagai pelopor timlo di Solo,” paparnya beberapa waktu lalu.
Warungnya terletak di Jl Dr Wahidin, Solo. Bagi Anda yang ingin menikmati kelezatan hidangan khas ini wajib hukumnya untuk kesana.
Timlo memang khas Solo
Namun, Hardjono mengaku tidak mengetahui asal resep timlo bikinan orang tuanya. Dia memperkirakan resep tersebut dari kakek-neneknya tetapi mereka tidak berjualan timlo.
Hardjono belum sempat menanyakan hal itu, namun kedua orang tuanya telah meninggal. “Tapi timlo memang makanan khas Solo,” ujarnya.
Hardjono yang merupakan Kepala Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo tersebut menyebutkan, ada dua versi timlo. Versi di warung Timlo Sastro, timlo komplit berisi sosis berkulit tepung terigu.
Di dalamnya ada campuran telor dan suwiran daging ayam. Lalu ada telur pindangbumbu kecap, jeroan ayam, dan daging ayam. Isian tersebut bisa dikurangi sesuai selera. Sedangkan versi lainnya, berisi jamur kuping, wortel, dan kembang kol.