Ada sebuah desa terpencil bernama Kuikuro di Amazon. Biar di pedalaman, penduduknya melek teknologi karena kecanduan ponsel.
Besarnya Hutan Amazon membuat kita bertanya tentang apa saja yang hidup di sana. Di balik hutannya yang rindang, hiduplah sebuah desa terpencil dengan Suku Kuikuro di Brasil.
Desa Kuikuro tepatnya berada di wilayah Xingu, Amazon. Biar terpencil, mereka kini sudah melek teknologi, seperti yang diintip tfanews.com dari BBC, Jumat (28/6/2019).
Teknologi seperti ponsel sudah masuk ke desa mereka sejak tahun 2012. Mereka lantas diperkenalkan kepada aplikasi Facebook dan Whatsapp.
“Saya suka sekali (ponsel). Saya suka berbicara dengan orang lain, berdiskusi dalam grup dan mengunggah apa saja ke lini masa,” ujar Kuiaitsi Kuikuro, salah seorang penduduk Kuikuro.
Selain ponsel, desa ini juga sudah punya generator dan satelit. Mereka menggunakannya untuk menghidupkan komputer, ponsel dan televisi.
Namun pro kontra selalu ada. Ada penduduk yang khawatir dengan masuknya teknologi. Alasannya sederhana, mereka takut teknologi akan mempengaruhi pemuda desa.
Dampak yang dirasakan adalah perubahan dari tampilan generasi muda di Desa Kuikuro. Mereka kini memiliki potongan rambut yang lebih bergaya. Wajah anak-anak pun tidak dilukis seperti dulu.
Hal yang paling terasa adalah tak adanya ketertarikan dengan musik, sejarah dan cerita Suku Kuikuro dari anak muda. Cara berpakaian pun sudah berbeda.
Memang, teknologi bagaikan dua mata sisi uang. Dampak negatif akan selalu menghantui jika yang memegang teknologi tak tahu cara memanfaatkannya.
Penduduk lain merasa sangat senang dengan masuknya teknologi ke desa mereka. Teknologi digunakan sebagai alat untuk mendokumentasikan alam dan merekam lagu. Nantinya foto-foto tersebut bisa mereka sampaikan kepada generasi selanjutnya dan pendatang soal sejarah Suku Kuikuro.
Kecanggihan teknologi lain yang mereka manfaatkan adalah drone. Drone bukan cuma digunakan sebagai alat dokumentasi alam.
Keadaan mereka yang terpencil membuat drone sangat berguna sebagai alat pemantau dunia luar.
“Ketika saya melihat anak muda menggunakan teknologi dan terhubung dengan dunia luar, mereka bisa menginformasikan kepada kami apa yang terjadi di luar sana,” ujar Afuka Kuikuro, Kepala Suku Kuikuro.
Ancaman terbesar suku pedalaman Amazon adalah para penambang dan penebang kayu. Sehingga mereka bisa berjaga-jaga dengan adanya pantauan dari luar desa.
“Semua saudara kami, suku asli di Brasil telah kehilangan budaya mereka. Mereka tidak akan mendapatkannya lagi. Itu yang kami perjuangkan. Kami ingin memastikan saat teknologi baru diperkenalkan, itu tidak akan menghancurkan budaya kami,” tutup Kepala Suku Kuikuro.