Kementerian Pariwisata (Kemenpar) meminta agar para pengelola destinasi wisata di Labuan Bajo, NTT untuk memperhatikan daya tampung. Sebab, penyesuaian daya tampung tersebut erat berkaitan dengan kelestarian lingkungan dalam konsep pariwisata berkelanjutan.
Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan, Valerina Daniel, menjelaskan, pengembangan sustainable tourism menjadi indikator yang harus diperhatikan. Daya tampung dari suatu atraksi pada destinasi pariwisata akan memiliki dampak langsung terhadap lingkungan.
“Dalam pariwisata, daya tampung wisatawan didefinisikan sebagai jumlah maksimal pengunjung di suatu lokasi pariwisata tanpa memberikan dampak buruk untuk lingkungan dan sosial budaya dari tempat yang dikunjungi yang juga berdampak pada rasa kepuasan pengunjung,” kata Valerina dalam keterangannya.
Ketika jumlah wisatawan terlalu banyak, kondisi itu juga akan menganggu habitat hewan yang hidup di sekitar Labuan Bajo. Ia mencontohkan, bila banyak terlalu penyelam yang datang ke Manta Point, Labuan Bajo, akan membuat ikan pari merasa terganggu, bahkan menyerang balik para penyelam. Karenanya, pembatasan kapasitas pengunjung pun sekaligus menjaga ekosistem kawasan.
Destinasi prioritas
Sebagai informasi, Labuan Bajo ditetapkan sebagai satu dari 10 destinasi prioritas pariwisata Indonesia yang diprioritaskan karena telah dikenal dunia. Labuan Bajo bahkan telah dikagumi oleh publik figur internasional.
Seperti aktor Bahkan Labuan Bajo telah banyak menghipnotis tokoh dan selebriti internasional seperti aktris Hollywood Gwyneth Paltrow, Pembalap Moto GP Jorge Lorenzo, bintang sepakbola Manchester United Chris Smalling, hingga pesepak bola dunia Marcos Llorente dan Arjen Robben.
Oleh CNN International Travel, Labuan Bajo dinobatkan sebagai destinasi peringkat kedua. Ini adalah destinasi terbaik di dunia setelah Raja Ampat, Papua untuk snorkel site. Tempat ini mengalahkan Kepulauan Galapagos.