Kemudian jika kita duduk di bawah salah satu pohon sambil memejamkan mata menikmati embusan angin musim panas, akan terasa sensasi Afrika rasa Indonesia . Ketika membuka mata mungkin kita kecewa karena tak mendapati gerombolan Jerapah maupun Zebra yang tengah merumput.
Namun, seperti kata pepatah “tak ada rotan akar pun jadi”, Maka tak ada Jerapah Sapi pun jadi, Tak ada Zebra Kuda pun jadi.
Sapi disini bukan sembarang Sapi. Bukan satu dua Sapi milik juragan tanah yang digembalakan anak petani. Melainkan ratusan atau bahkan ribuan Sapi milik penduduk yang sengaja dilepas untuk mencari makan sendiri.
Dibanding menabung di Bank, para penduduk disini lebih suka menyimpan uangnya dalam bentuk Sapi hidup yang dibiarkan berkeliaran.
Seorang penduduk bisa memiliki lima puluh sampai seratus ekor Sapi yang digembalakannya sendiri. Sapi-Sapi itu biasanya ditandai dengan goresan luka dipinggul berbentuk inisial nama pemiliknya.
Entah karena jumlah sapi yang tak erhitung. Atau Savana luas yang tak terukur. Sejauh ini belum pernah terdengar kasus pencurian sapi di kawasan ini.
Ratusan sapi berwaran coklat, belang maupun putih itu berbaur dengan kuda. Di atas Savana yang luas sejauh mata memandang mereka menyatu seperti bersaudara.
Jika dilihat dari atas dengan bantuan drone, hewan-hewan itu terlihat seperti gugusan bintang di langit luas tak bertepi. Yang jelas akan memanjakan mata para pengunjung yang sengaja bertandang kemari. Ataupun para pengguna jalan yang kebetulan melintas.
Berbanding terbalik dengan suasana kecoklatan yang eksotis di musim kemarau. Musim penghujan menyihir savana ini menjadi hamparan hijau yang menyenangkan mata. Sapi-sapi yang terlihat kurus di musim kemarau tampak berisi di musim ini.
Apabila kebetulan berada di Savana ini pada pagi hari, maka kita dapat merasakan sensasi dingin. Rasanya begitu menusuk tulang. Jangan lupakan rasa segar saat menyentuh rumput-rumput yang masih diselimuti embun.
Tambora beserta bukit-bukit di sekitarnya tak akan nampak di pagi hari. Yang ada hanya kabut-kabut berwarna putih yang kadang bisa sampai turun ke jalanan. Perbukitan ini bahkan bisa hilang seharian jika sinar mentari terhalang awan hujan.
Tidak ada kilauan pada permukaan air laut. Yang ada hanya putih dan putih. Dan warna putih ini membentuk gradasi unik seperti warna biru di musim panas.
Namun jangan khawatir. Bukan berarti tak ada yang dapat dinikmati di musim penghujan. Hamparan rerumputan hijau sangat cocok dijadikan untuk tujuan piknik bersama keluarga.
Gelarlah tikar di bawah pohon berdaun rimbun. Sekadar untuk makan-makan atau ngobrol-ngobrol bersama kerabat maupun sahabat.
Jika kebetulan bertandang setelah hujan reda, maka kita akan merasakan aroma petrichor. Menyeruak ke rongga hidung, aromatherapy yang menenangkan hati.
Suara klontang klontang dari kalung yang dipasang di leher Sapi akan jadi musik klasik pengiring reuni keluarga. Namun, berhati-hati pula lah saat berjalan. Karena ada banyak ranjau alias kotoran sapi. Aromanya tak kalah menyengat dari aroma hujan.
Kementerian Agama (Kemenag) RI memberikan pendampingan pemulangan jamaah haji asal Madura yang dirawat di Rumah…
Pasar Kakiyah di Kota Makkah adalah tempat grosir oleh-oleh yang sangat ramai dikunjungi baik oleh…
Jamaah haji reguler asal Indonesia yang meninggal dunia saat menjalankan ibadah haji 2024 mendapatkan asuransi…
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas membahas penyelenggaraan ibadah haji tahun 1446 H/2025 M bersama…
Kementerian Agama (Kemenag) RI tetap mempertahankan skema murur dan tanazul pada penyelenggaraan haji 2025 pada…
Agar dapat berkunjung ke dua kota suci, yaitu Makkah dan Madinah, seorang mukmin layak mengamalkan…