Bank Indonesia menilai potensi pariwisata Sumatera Barat belum dimanfaatkan maksimal. Sebab daya tarik yang ada belum menarik wisatawan untuk datang. Contohnya seperti keindahan alam, kelezatan makanan, dan infrastruktur yang terbangun,
Dari target kunjungan wisman yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata 2018 sebesar 75.000 orang, hanya tercapai 72,5 persen. Selain itu, rata-rata pertumbuhan layanan umum transportasi dan penyediaan akomodasi turut melambat di tahun 2018.
Dua hal itu erat kaitannya dengan sektor pariwisata. Jumlahnya sebesar 7,35 persen (yoy) dari tahun sebelumnya 7,96 persrn (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat Wahyu Purnama berkomentar terkait hal ini. Menurutnya, dari sisi investasi yang ditanamkan pada sektor ini juga belum optimal.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang tercatat oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu (DPMPTSP) Sumbar hanya menyumbang 4,39 persen dari total investasi tahun 2018.
Jumlah ini sebesar Rp 101,34 miliar. Sedangkan untuk Penanaman Modal Asing (PMA) menyumbang sebesar 15,27 persen atau sebesar 20,97 juta dolar AS. “Harus ada strategi maupun upaya untuk mengoptimalkan sektor pariwisata Sumbar ini,” kata Wahyu menambahkan.
Promosi
Promosi pariwisata dalam berbagai momen harus dilakukan. Hal ini juga harus menggunakan media sosial dan berbagai sarana yang ada.
Tujuannya untuk menciptakan image dan brand bahwa Sumatera Barat mempunyai pesona alam, kenikmatan kuliner, dan surga para pelancong.
Dengan promosi yang gencar, dunia akan melirik keindahan alam tersebut. Kemudian masyarakat dunia dari berbagai kalangan yang gemar traveling akan terpanggil untuk datang ke Sumatera Barat.