Hiburan Rasul kepada Para Sahabat saat Menjalankan Hijrah

hijrah

Bagikan

Hijrah merupakan salah satu perintah agama yang tak mudah dikerjakan. Karena seseorang harus meninggalkan kampung halaman, keluarga, dan kebiasaan lama.

Terlebih, saat hijrah, seorang harus melakukan perjalanan yang sangat jauh, seperti yang dialami para sahabat Nabi Muhammad dari kaum Muhajirin Makkah menuju Madinah.

Jarak antara Makkah dan Madinah sangat lah panjang, sahabat Muhajirin harus menempuh perjalanan sejauh 477 kilometer.

Efek yang ditimbulkan dari perjalanan sepanjang itu tentu sangat menyiksa para sahabat Nabi Muhammad. Apalagi mereka harus terbebani secara psikis karena harus berpisah dengan kampung halaman di mana sanak keluarga ada di sana.

Dalam sebuah buku yang berjudul Ali bin Abi Thalib, karya Ali Audah diceritakan bahwa ketika perjalanan panjang itu selesai, dan mereka sampai di Madinah, Nabi Muhammad langsung mendirikan masjid Quba.

Quba tidak secara langsung berada di Kota Madinah, ia merupakan tempat yang berjarak sekitar lima kilometer dari pusat keramaian Madinah.

Di Kota Quba, Rasulullah bersama rombongan kaum muhajirin dari Makkah beristirahat selama empat hari sebelum melanjutkan perjalanan mereka ke Kota Madinah yang saat itu masih bernama Kota Yatsrib.

Hiburan Nabi kepada Sahabat saat Hijrah

Pada tahun pertama mereka tinggal di Kota Madinah, Nabi Muhammad seolah menyatukan antara kaum muhajirin dan anshar. Dengan tujuan agar kaum yang berhijrah itu tidak merasa kesepian lantaran terpisah dengan sanak keluarga.

Tujuan selanjutnya dalam mempersaudarakan kedua kaum ini adalah untuk mempererat hubungan antara keduanya, dan menghilangkan permusuhan yang berpotensi terjadi antara mereka.

Sebab, bukan tidak mungkin ada musuh yang menyusup dan membuat fitnah di antara sesama kaum Muhajirin dengan Anshar.

Untuk itu, Rasulullah mempersaudarakan Abu Bakar as-Shiddiq dengan Kharijah bin Zaid, Umar bin Khattab dengan Itban bin Malik, Hamzah dengan Zaid (bekas budak Hamzah), dan Nabi sendiri dengan Ali bin Abi Thalib.

Atas persaudaraan ini, Ali mengangkat tangan, “Hadza akhi fi dunya wal-akhirah.” Yang artinya: “Ini saudaraku, di dunia dan akhirat.”

Lalu kemudian, tak sedikit kaum Muhajirin yang kemudian berdatangan dari Makkah. Mereka kemudian dipersaudarakan dengan kaum Anshar penduduk asli Madinah.