Dunia pariwisata telah mengalami perkembangan yang sangat luar biasa. Tidak hanya pengembang pariwisatanya, tapi juga turisnya juga sudah kreatif dan modern.
Lihat saja bagaimana pengembang pariwisata zaman sekarang menangkap keinginan para turis dengan membuat sudut-sudut wisata yang Instagramable.
Sementara itu para turisnya sudah bisa mengabadikan momen-momen terindah saat itu juga dengan bermodalkan smartphone dan media sosial.
Namun sayang, masih ada saja turis asing yang melakukan aksi tidak terpuji hingga mengganggu suasana dan memalukan negara asalnya.
Akibat dari ulah mereka itu muncul stereotip negatif atau pandangan sinis terhadap mereka, yang sebenarnya sangat merugikan negara asalnya.
Karena, akibat stereotip tersebut, turis asing bisa-bisa dilarang masuk ke sebuah negara atau berkunjung ke destinasi wisata di negara lain.
Dikutip dari South China Morning Post, berikut ini adalah 6 stereotip negatif terhadap turis asing saat berwisata.
Turis China
Turis China dikenal sebagai turis yang aneh dan unik. Beberapa kasus aneh dan unik pernah melibatkan turis China. Mulai dari ritual buang koin ke mesin pesawat untuk keberuntungan, kencing di sembarang tempat, menyerang kru pesawat, hingga vandalisme di situs arkeologi.
Meski begitu, turis China dianggap penyelamat dunia pariwisata beberapa negara yang sedang menghadapi kelesuan. Bayangkan saja, sekira 122 juta turis China melakukan perjalanan ke luar negeri selama 2016.
Turis Inggris
Sebagian turis Inggris dikenal sebagai orang-orang yang ramah, sopan dan penuh perhatian. Tapi, begitu disodorkan minuman keras, perangai mereka langsung berubah drastis. Kalau sudah mabuk berat, mereka bisa berjalan hanya dengan pakaian dalam di tengah keramaian jalan.
Ada juga yang melompat ke kolam renang langsung dari balkon kamar hotel, sementara yang lain berkelahi di antara mereka sendiri di dalam bar.
Resor Island Hvar di Kroasia, benar-benar sudah muak dengan turis Inggris yang hobi mabuk di tempat umum, hingga akhirnya mereka ditahan dan harus membayar denda USD800 atau Rp11 juta.
Sementara itu polisi Portugal terpaksa membuat tembakan peringatan untuk menghentikan perkelahian di antara sesama turis Inggris.
Turis Jerman
Turis asal Jerman dikenal sebagai sosok yang sangat berhemat (baca: kikir) ketika melakukan perjalanan wisata ke luar negeri. Turis yang hobi mandi matahari ini bahkan sangat serius dengan informasi tentang sebuah destinasi wisata.
Mereka menuntut setiap yang disebutkan di dalam brosur pariwisata, tanpa peduli bahwa semua itu hanyalah iklan untuk menarik wisatawan.
“Jadi, kami tidak pernah yakin apakah mereka sudah senang dengan fasilitas yang ada atau tidak. Karena mereka sangat serius selama liburan,” kata Andrew Eames, dari situs perjalanan wisata Germanyiswunderbar.com.
Turis Amerika
Mereka adalah turis yang dikenal sangat sok tahu. Mereka juga punya kebiasaan untuk berpikir bahwa apa yang ada di tempat wisata harus mengikuti kemauan mereka.
Dan jika ada yang tidak mau mengikuti, turis Amerika akan melemparkan segepok uang dolar untuk menyuap. Untungnya, perangai mereka yang sok tahu dan tidak menghormati budaya setempat itu sekarang mulai terkikis.
Turis Israel
Sudah menjadi rahasia umum jika turis Israel dikenal sebagai orang-orang yang kasar, tidak sabar, suka mengomel, dan pemakai narkoba. Hal itu diungkapkan oleh surat kabar Israel Haaretz. Karena tingkah mereka itulah banyak hotel-hotel yang secara tidak resmi menolak untuk menerima tamu turis Israel.
Perilaku seperti itu tidak banyak memperbaiki citra internasional bangsa itu atau membuat hidup warga Israel lainnya menjadi lebih mudah, keluh seorang kontributor forum wisata di Lonely Planet.
“Salah satu perasaan yang menyedihkan ketika bepergian dengan turis Israel adalah check-in di hotel, memperlihatkan paspor, dan senyuman selamat datang pun langsung hilang,” katanya.
Turis Rusia
Turis Rusia dikenal menganut sistem ‘tidak ada yang suka kami, kami tidak peduli’ saat bepergian ke luar negeri untuk wisata. Mereka juga sangat susah untuk tersenyum, meski ini adalah stereotip negatif yang tidak selamanya benar.
Tidak hanya itu, seorang Sri Lanka bercerita bahwa turis Rusia bermuka masam, tidak sopan dan cenderung mabuk-mabukan. Turis Rusia juga suka menghancurkan barang-barang di hotel.
Meski ada kekacauan yang lebih besar lainnya, tapi Kementerian Luar Negeri menganggapnya serius, sampai harus menerbitkan brosur berisi tips melakukan perjalanan ke luar negeri. Seperti “Tahan diri dari mengomeli orang-orang Kenya dan menyebut mereka monyet”.
Sayangnya, setelah mata uang rubel jatuh, tidak banyak orang Rusia yang melakukan perjalanan ke luar negeri.