Siapa yang tidak tahu Great Wall alias Tembok Besar di China? Tapi kalau cerita orang yang menyusurinya berjalan kaki selama 17 bulan, mungkin kamu belum tahu.
Dilansir dari CNN Travel, Kamis (4/7/2019) inilah kisah Dong Yao-hui dan dua temannya, Wu De-yu dan Zhang Yuan-hua. Di tahun 1984, mereka bertiga membuat sejarah. Mereka menjadi orang pertama yang berjalan kaki menyusuri Tembok Besar China.
Dong mengisahkan, kala itu dia berusia 25 tahun dan bekerja sebagai teknisi listrik di Kota Qinhuangdao, Provinsi Hebei. Dong mengaku, dia tertarik dengan Tembok Besar China dan sering melihatnya. Tetapi, informasinya tentang bangunan bersejarah itu sangat sedikit.
“Siapa yang membangunnya? Pakai apa? Bagaimana caranya? Itu semua terlintas di benak saya dan sayangnya tidak ada informasi. Bahkan sepertinya, ya hanya sebagai bangunan tua bersejarah yang tidak terurus,” terang Dong.
Tembok Besar China dibangun sekitar tahun 770 SM (Sebelum Masehi) hingga 476 SM. Tiap dinasti menambahkan panjang temboknya untuk melindungi wilayahnya hingga terhenti di abad ke-17. Kala itu, panjangnya sudah mencapai 21 ribu kilometer yang melintasi 5 provinsi, 97 prefektur, dan 404 kabupaten.
Sayangnya seiring berjalan waktu, banyak bagian Tembok Besar China yang rusak. Entah karena peperangan atau vandalisme, seperti kala komunis menguasai China di tahun 1940-an dan Revolusi Kebudayaan tahun 1960-an.
Perjalanan yang Mengubah Hidup Dong
Kembali ke cerita Dong, dia bersama dua temannya melakukan persiapan selama 2 tahun untuk menyusuri Tembok Besar China. Misinya disambut suka cita oleh elemen masyarakat, seperti komunitas pendaki gunung di China. Bahkan, Dong diberikan ransel dan perlengkapan dari Asosiasi Pendaki Gunung China yang digunakan selama ekspedisi ke Everest.
Perjalanan Dong dimulai dari Laolongtou alias Si Kepala Naga Tua di Shanhai Pass. Mereka bergerak ke barat menuju rangkaian pegunungan di provinsi Hebei sampai ke Jiayu Pass.
“Itu adalah perjalanan menanjak dan menurun yang tanpa henti. Ekspedisi pertama manusia berjalan kaki menyusuri Tembok Besar China,” kata Dong.
“Kami merasakan teriknya panas hingga dinginnya salju. Kami mendokumentasikan apa yang kami lihat,” kenang Dong.
Total, mereka menghabiskan waktu sampai 17 bulan untuk menyusuri Tembok Besar China sepanjang 8 ribu kilometer. Rute yang mereka lewati adalah rute peninggalan Dinasti Ming (600 tahun lalu).
“Kami tidak menggunakan peta, hanya jalan terus mengikuti dinding. Saat malam, kami biasanya tidur di gerbang atau di benteng dinding yang secara fisik terpisah dari struktur utama Tembok Besar China. Sekalian mendokumentasikannya juga,” terang Dong.
Perjalanan Dong menyusuri Tembok Besar China, yang awalnya bermula dari rasa penasaran telah berubah menjadi perjalanan jiwa. Perjalanan yang mengubah hidup Dong, yang menjadikannya ahli pemerhati Tembok Besar China sekaligus menerbitkan buku ‘Ming Dynasty Great Wall Expedition’.
“Ketika saya berbicara dengan perwakilan pemerintah di tiap daerah, mereka sangat antusias. Tapi, mereka tidak pernah menanggapi permasalahan pada Tembok Besar China secara serius. Sedih sekali rasanya,” tutur Dong.
Tahun 2014, Dong mendirikan sebuah organisasi bernama Great Wall Society. Tujuannya untuk memelihara Tembok Besar China, sekaligus mengedukasi kepada masyarakat untuk menjaga peninggalan mahakarya tersebut.
Dalam penelitian Great Wall Society, tercatat hanya 8,2 persen struktur bangunan Tembok Besar China yang masih baik. Usut punya usut, rupanya di zaman dulu banyak masyarakat China yang menggerogoti Tembok Besar China untuk dijadikan bahan bangunan mereka.
Dong kini fokus untuk memelihara Tembok Besar China. Dirinya tak henti menyebarkan informasi dan meminta pemerintah China untuk terus merawat Tembok Besar China.
Tembok Besar China menurutnya lebih dari sekadar sejarah. Ada nilai-nilai budaya dan pariwisata, yang bisa terus dirasakan masyarakat China hingga saat ini.
“Tembok Besar China benar-benar hidup. Ini bukan hanya tembok batu. Ketika kamu meletakkan telapak tanganmu di dindingnya, kamu berpegangan tangan dengan leluhur (yang membangun tembok besar ini) yang tak terhitung jumlahnya selama bertahun-tahun,” pungkas Dong.
Hegrah Al Ula, atau Madain Salih merupakan situs arkeologi di tengah padang pasir di wilayah…
Keberadaan pengemis di Arab Saudi semakin memprihatinkan. Menurut laporan, sebanyak 90 persen pengemis yang ada…
Tanah Suci Makkah adalah tempat paling mulia untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena di…
Penyelenggaraan ibadah haji 2024 terbilang cukup sukses, bahkan sangat memuaskan menurut catatan Badan Pusat Statistik…
Setidaknya ada 7 julukan bagi Kota Makkah. Kota yang paling suci bagi umat Islam ini…
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dituding mangkir dari panggilan Pansus Angket Haji DPR dengan…