Mengerjakan ibadah di Kota Suci Makkah mendapat balasan pahala yang berlipat ganda. Misalnya, shalat di Masjidil Haram. Pahalanya setara dengan 100 ribu kali shalat.
Hasan Bashri, seorang tabiin yang berguru langsung pada sejumlah sahabat nabi pernah menyebutkan sejumlah amalan yang pahalanya dilipatgandakan. Di antaranya, puasa satu hari di Makkah sama dengan berpuasa 100 ribu kali di tempat lain.
Kemudian, bersedekah satu dirham di Makkah sama dengan 100 ribu dirham di tempat lain. Setiap amal kebaikan yang dilakukan di Makkah akan seperti melakukan 100 ribu kali kebaikan di tempat lain.
Namun, sebagaimana pahala amal-amal baik yang dilipatgandakan selama di Makkah, begitu juga dengan kemaksiatannya. Dosa-dosanya akan dilipatgandakan berkali-kali.
Dosa di Makkah
Umar bin Khattab menganggap satu kali melakukan dosa di Makkah adalah 70 kali lebih dahsyat dari pada melakukannya di luar kota suci ini. Sedangkan Imam Al Ghazali menuliskan dalam Ihya Ulumuddin, perbuatan dosa sangat dilarang keras dilakukan di Makkah karena pelakunya mudah mendapatkan murka Allah.
Tahun ini sebagian umat Islam menjadi tamu Allah. Mereka berangkat ke Tanah Suci untuk melaksanakan rukun Islam kelima: haji. Ibadah yang hanya bisa dilaksanakan orang-orang pilihan. Mereka adalan orang yang mampu secara fisik, finansial, batin, dan mendapat restu Allah.
Selama berada pada musim haji di Tanah Suci, mereka diimbau menjaga perangai. Sebab hal itu bukan saja menjadi citra bagi diri sendiri, tapi juga identitas bangsa yang mereka bawa. Akan sangat disayangkan bila ada jamaah yang melanggar aturan. Sebab itu akan mencoreng dirinya dan juga negara tempat mereka berasal.
Pada penyelenggaran ibadah haji tahun lalu, Gubernur Makkah sangat berterima kasih atas kerapihan, kesopanan, dan kedisiplinan jamaah haji Indonesia. Sehingga, membuat Arab Saudi selaku tuan rumah dan penyelenggara haji merasa terbantu.
Ini tentu saja membuat citra positif Indonesia di mata internasional, khususnya untuk penyelenggaraan ibadah haji.
Namun, sanjungan itu bukan untuk membuat terlena. Tetapi, harus semakin semangat agar jamaah haji Indonesia bisa mempertahankan dan melanjutkan sikap baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Dan, tentu saja dengan menjaga sikap baik kita tersebut, jamaah haji Indonesia bisa berperan menjaga nama baik bangsa serta membantu penyuksesan penyelenggaraan ibadah haji tahun ini.