Ini Fakta Gunung Everest yang Mungkin Belum Kamu Tahu

Bagikan

Inilah fakta-fakta dari puncak tertinggi sedunia, Everest. Nyatanya juga, bisa dibilang sebagai tempat sampah tertinggi di Bumi.

Melansir CNN, Jumat (31/5/2019), adalah jejak Edmund Hillary dan Tenzing Norgay yang coba diikuti pendaki dari seluruh dunia. Mereka menjadi pendaki pertama yang menggapai puncak Gunung Everest pada tahun 1953.

Dan, apakah kamu adalah salah satu orang yang menjadikan Gunung Everest sebagai capaian terakhir? Di samping itu, inilah 4 fakta terkait Everest yang mungkin belum banyak pendaki tahu:

1. Gunung tertinggi di dunia, tapi…

Gunung Everest memiliki ketinggian 8.848 mdpl, adalah yang tertinggi di atas permukaan laut. Namun sebenarnya gunung tertinggi ada di tengah Samudra Pasifik, yakni Mauna Kea, di Hawaii.

Mauna Kea, gunung berapi yang tidak aktif, tingginya di atas permukaan laut mencapai 4.205 mdpl. Tapi, jika Anda mengukurnya dari dasar laut ke puncak, ketinggian totalnya hampir 10.210 mdpl!

Dan Everest bahkan bukan titik tertinggi di atas pusat Bumi. Itu milik Gunung Chimborazo di Ekuador.

Puncak Chimborazo adalah 6.267 mdpl. Tapi, karena planet ini lebih tebal di garis khatulistiwa (berkat gaya sentrifugal yang disebabkan oleh rotasi Bumi) Puncak Chimboramo lebih dari 2.072 mdpl lebih jauh dari pusat bumi dibanding puncak Everest.

2. Hanya sedikit yang bisa mendaki

Mendaki Puncak Everest memang tidak mudah karena suhu dingin, angin kencang dan oksigen terbatas yang membuatnya menjadi berbahaya. Lebih dari 200 orang telah tewas di gunung sejak 1922, ketika kematian pendaki pertama di Everest dicatat. Tingkat keberhasilan pendaki Gunung Everest hanya 29%.

Terlepas dari semua itu, ratusan orang mendapat izin untuk mendaki Gunung Everest setiap tahun. Calon pendaki harus mendapatkan izin, biayanya sekitar USD 11.000. Sejauh ini, untuk musim mendaki di musim semi tahun ini, dewan pariwisata Nepal telah mengeluarkan 381 izin.

Ada sekitar 11.000 pendaki antara 1922 dan 2006, diimpun dari situs web adventurestats.com. Rentang usia pendaki lebih lebar, karena yang tertua dan berhasil mencapai puncak Everest adalah Yuichiro Miura (80) dari Jepang pada tahun 2013.

Termuda, adalah anak remaja dari Amerika Serikat berusia 13 tahun bernama Jordan Romero yang ditemani oleh ayah dan ibu tirinya pada tahun 2010.

3. Persiapan selama bertahun-tahun?

Tidak benar. Pemerintah Nepal tidak memberi target berapa jam latihan tertentu yang harus diselesaikan pendaki sebelum mendaki puncak Everest.

Beberapa agen pendakian di Nepal yang membantu memfasilitasi pendakian ke puncak akan membebankan ribuan dolar untuk pelatihan pendaki. Jenis pelatihan yang ditawarkan oleh agensi trekking pun berbeda-beda.

Bahkan, sebelum pergi ke Nepal, orang-orang yang ingin mendaki Everest diminta untuk berkomitmen pada jadwal latihan yang tinggi beberapa bulan sebelum pendakian. Itu untuk menjaga kebugaran tubuh pendaki tetap optimal.

Salah satu langkah pertama bagi siapa pun yang ingin mendaki Everest adalah harus berkonsultasi dengan dokter untuk cek kesehatan fisik. Ketika ketinggian menjadi pertimbangan utama, latihan kardio lebih ditekankan, bukan kekuatan.

4. Everest adalah tempat sampah tertinggi

Peningkatan jumlah pengunjung yang sangat besar dalam beberapa dekade terakhir telah berdampak parah pada lingkungan gunung, kata Everest Summiteers Association.

Upaya pembersihan dilakukan bulan lalu, yakni dapat mengumpulkan lebih dari 3 ton sampah hanya dalam dua minggu pertama. Sampahnya, ada kaleng, botol, plastik dan peralatan pendakian yang dibuang.

Yang perlu dipikirkan lagi dan tidak terkait mito adalah rekor jumlah pendaki tahun ini. Itu menyebabkan kepadatan di jalur puncak Everest karena ratusan orang mengantre.

Sejauh ini, setidaknya 11 orang tewas selama musim pendakian musim semi 2019. Tahun lalu, lima pendaki meninggal, sementara enam pendaki meninggal pada tahun 2017 dan 2016.