Timlo Sastro berbeda dengan yang ada di warung-warung lain. Rasanya lebih gurih. Rasa ini berasal dari kuah dan isian. Di warung tersebut tersedia dua versi kuah yakni kuah asinan dan kuah tawar.
Peracik telah menghapal porsi kuah asinan maupun tawar untuk menghasilkan cita rasa gurih dalam satu mangkok timlo. Selain itu, telur pindang kecap serta daging ayam kampung juga dianggap sebagai pelengkap rasa gurih tersebut.
Agar cita rasa tersebut tetap terjaga, perbandingan bumbu-bumbu dipertahankan sampai sekarang. Hardjono mengaku mempertahankan kualitas rasa.
“Sejak bapak ibu masih ada, meskipun bahan-bahan dan bumbu-bumbu harganya naik kami tetap berusaha menjaganya,” terangnya.
Pengelola warung timlo sastro Hardjono dengan senang hati berbagi resep pembuatan timlo yang diwarisi orang tuanya. Untuk membuat kuah, tumis bawang, merica dan garam yang telah dihaluskan kemudian diberi air dan daging ayam.
Untuk isian, telur bebek direbus terlebih dahulu kemudian diberi kecap. Isian lainnya, sosis goreng isi daging ayam, jeroan ayam dan daging ayam kampung. Setelah dihidangkan di meja, disediakan sambal kecap, kecap, cuka dan jeruk nipis sebagai penyedap tambahan.
Hegrah Al Ula, atau Madain Salih merupakan situs arkeologi di tengah padang pasir di wilayah…
Keberadaan pengemis di Arab Saudi semakin memprihatinkan. Menurut laporan, sebanyak 90 persen pengemis yang ada…
Tanah Suci Makkah adalah tempat paling mulia untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena di…
Penyelenggaraan ibadah haji 2024 terbilang cukup sukses, bahkan sangat memuaskan menurut catatan Badan Pusat Statistik…
Setidaknya ada 7 julukan bagi Kota Makkah. Kota yang paling suci bagi umat Islam ini…
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dituding mangkir dari panggilan Pansus Angket Haji DPR dengan…