Safari wukuf merupakan ijtihad pemerintah untuk membantu jamaah yang mengalami keterbatasan karena sakit untuk melaksanakan rukun haji ini. Berdasarkan pengalaman penyelenggaraan haji pada 2018, tim kesehatan haji sudah mengarahkan para jamaah yang mengikuti safari wukuf.
Mereka adalah orang-orang yang berusia lanjut, mengalami gangguan kesehatan, dan keadaan tertentu. Jamaah dengan kategori ini ada yang menderita sakit fisik dan mental. Namun, masih memungkinkan untuk melaksanakan wukuf meski dengan bantuan.
Sebelum azan Subuh berkumandang, jamaah sudah dibangunkan, dibantu membersihkan badan, dituntun berniat dan memakai ihram. “Ini membutuhkan waktu dan bantuan tenaga medis, karena mereka dalam kondisi sakit,” ujar Eka.
Ada yang masih mampu bergerak. Sebagian bahkan ada yang lemah sekali sehingga segala sesuatunya harus dibantu petugas. Eka menjelaskan doa, niat beribadah, dan motivasi dari tim medis, menggerakkan para jamaah sakit menuju Arafah, tempat para nabi dan umat terdahulu berdiam sejenak untuk mengenal hakikat diri sebagai hamba Allah.
Memasuki bus
Setelah azan subuh berkumandang mereka melaksanakan shalat wajib. Kemudian dituntun memasuki bus yang sudah disiapkan khusus untuk mereka. Sebagian mengambil posisi duduk di dalam bus. Sebagian lainnya berbaring dengan cairan infus yang berdiri tegak di atasnya mengalirkan cairan ke dalam tubuh jamaah.
Proses masuk ke dalam bus membutuhkan waktu sekitar 60 sampai 120 menit. Setelah itu bus berangkat dengan perlahan menuju Arafah. Ketika itu jalan menuju ke sana dipadati ratusan bus pengangkut jamaah yang bermalam di Mina untuk Tarwiyah. Praktis situasi lalu lintas menjadi padat tak karuan. Perjalanan menuju Arafah yang biasanya ditempuh 15 menit akhirnya menjadi dua sampai tiga jam.
“Wukuf dilaksanakan secara singkat dan tetap berada dalam kendaraan. Ada tim bimbingan ibadah yang mendampingi dan mengarahkan para jamaah untuk beribadah,” kata Eka.