Mesir disebut Negeri Seribu Menara karena banyak masjid. Di Kota Kairo ada masjid tertua dan terbesar yang bangunannya masih asli, Mosque of Ibn Tulun.
Melancong ke Mesir, traveler pasti akan dibuat kagum dengan banyaknya masjid-masjid cantik di sana. Khususnya di Kota Kairo, ada sebuah masjid bernama Ibn Tulun.
Dikumpulkan tfanews.com dari berbagai sumber, Selasa (21/5/2019) Mosque of Ibn Tulun adalah masjid tertua dan terbesar di Kairo. Umurnya bukan cuma ratusan tahun, tapi sudah 1.134 tahun.
Mundur ke era pembuatannya, Mosque of Ibn Tulun dibangun oleh Gubernur Mesir yang bernama Ahmad Ibn Tulun. Ahmad adalah seorang keturunan Turki yang berasal dari Kota Baghdad.
Ahmad memegang kekuasaan antara tahun 868-884 Masehi. Suatu hari, Ahmad mendapat ide untuk membangun masjid di atas sebuah bukit kecil yang bernama Jabal Yashkur. Namun bukannya sebagai tempat beribadah, masjid ini justru jadi pangkalan militer.
Salah seorang yang dilindungi di balik masjid ini adalah Sultan Lagin. Pada 1296, Sultan Lagin lalu memperbaiki beberapa bagian masjid sebagai ucapan terima kasih karena menjadi tempatnya bersembunyi dari serangan musuh.
Sang Sultan lalu merenovasi menara masjidnya, menambahkan tangga spiral yang menjadi simbol Masjid Ibn Tulun hingga sekarang. Konon desain ini juga dirancang oleh Ahmad Ibn Tulun, namun sang pejabat tutup usia sebelum keinginannya tercapai.
Melihat Mosque of Ibn Tulun sekarang tak ada bedanya sejak pertama kali didirikan. Arsitektur masjid ini sangat berbeda dengan arsitektur masjid di Mesir pada umumnya.
Masjid yang berbentuk persegi dengan halaman tengah yang luas, hanya memiliki satu menara tapi tidak memiliki kubah kecuali pada bagian tempat wudhu. Dalam bahasa Arab disebut sabil yang berada di halaman tengah masjid.
Menara spiral yang berfungsi untuk tempat menyerukan adzan inilah yang menjadi salah satu ciri khas masjid ini. Arsitektur masjid relatif simpel dan tidak banyak detail seperti yang terdapat pada masjid-masjid di Mesir. Masjid Ibn Tulun merupakan bangunan masjid tertua kedua di Mesir setelah Masjid Amru bin Aas.
Ruangan Masjid Ibn Tulun hampir tidak bersekat dan berdaun pintu, terdiri dari pilar-pilar dengan bentuk melengkung. Bagian pilar masjid terdapat ragam hias berupa ukiran dan kaligrafi. Mimbar untuk khutbah berada di atas, mirip sebuah panggung.
Bangunan utama masjid di kelilingi sebuah tembok setinggi tembok masjid berukuran 118 x 138 meter. Berfungsi sebagai pagar dan terdapat halaman kecil dibalik pagar yang disebut Ziyadas. Bagian utara Ziyadas terdapat pintu untuk naik ke atas menara.
Tidak dikenakan tiket masuk untuk masuk ke Masjid Ibn Tulun dan naik ke menaranya. Karena masjid memang masih digunakan untuk salat. Hanya memberi tip untuk penjaga masjid yang juga menjaga penitipan sandal dan sepatu.
Untuk wisatawan yang tidak mau melepaskan sepatu bisa menggunakan pembungkus yang telah disediakan. Tak perlu bayar, tapi kamu bisa memberikan tip pada penjaga masjid.
Meski masih digunakan sebagai tempat ibadah, namun masjid ini tidak memperbolehkan wisatawan masuk setelah pukul 16.00 waktu setempat. Jadi sebaiknya datang pagi atau siang hari.
Walaupun masjid ini pernah ditinggalkan oleh pemiliknya sejak 884 masehi, namun tak pelak bangunan ini sangat fungsional. Mulai abad ke-19, bangunan ini dirombak menjadi rumah sakit militer, lalu dirombak lagi menjadi penjara. Tergantung kebutuhan masyarakat Kairo pada masa tersebut.