Ini Saran Psikolog untuk Penanganan Trauma setelah Gempa

Ilustrasi gempa

Bagikan

Gempa mengguncang wilayah pesisir Pulau Jawa pada Jumat (2/8). Pemerintah bahkan memberikan status potensi tsunami, karena dikhawatirkan wilayah pesisir Pulau Jawa digulung ombak.

Getaran 7 SR itu terasa di wilayah Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, hingga Jawa Tengah. Banyak orang yang berada di gedung tinggi berhamburan keluar, seperti di area Bundaran Hotel Indonesia dan sekitarnya.

Psikolog Prof Dr Dadang Hawari menyarankan beberapa hal berikut ini untuk diperhatikan ketika bencana terjadi. Sebagaimana yang dia tulis dalam bukunya Pendekatan Psikoreligi pada Trauma Bencana.

Fasilitas untuk korban gempa

Dalam menyikapi dan menolong korban, hendaknya disediakan fasilitas terapi medik-psikiatrik dan rehabilitasi. Juga dibentuk pusat krisis agar penanganan setelah bencana berjalan secara menyeluruh.

Pemeriksaan

Korban harus diperiksa untuk diketahui seperti apa dan seberapa parah trauma yang dialaminya. Pemeriksaan tidak hanya secara fisik, tapi juga kejiwaan. “Bila perlu dibuatkan visum psikiatrik jika diperlukan untuk bahan proses hukum,” tulis Dadang.

Kompensasi materil untuk korban bencana belum tentu dapat menghilangkan trauma mental yang dialaminya. Pendekatan terapi harus holistik: mencakup terapi medik-somatik (terapi fisik), terapi medik psikiatrik, terapi psikososial dan psikoreligius.

Tanda trauma

Dadang juga menjelaskan sejumlah tanda trauma yang dialami orang-orang yang mengalami bencana. Termasuk mereka yang selamat dari bencana.

Pertama terdapat stresor traumatis yang berat dan jelas. Menimbulkan gejala penderitaan yang berarti bagi hampir setiap orang.

Kedua, penghayatan yang berulang dari trauma itu. Dibuktikan dengan terdapatnya paling sedikit satu daru tiga hal berikut: ingatan berulang dan menonjol tentang peristiwa bencana, mimpi berulang tentang peristiwa bencana, dan timbulnya secara tiba-tiba perilaku atau perasaan seolah-olah peristiwa traumatik itu terulang lagi.

Ketiga, penumpulan respons erhadap dunia luar, atau berkurangnya hubungan dengan dunia luar. Dan beberapa tanda psikologis lainnya.