Ini Sejarah Ramadhan dan Perjalanan Perintahnya

Bagikan

Puasa Ramadan merupakan salah satu dari rukun Islam, artinya puasa Ramadan merupakan salah satu tiangnya agama Islam. Oleh karena itu setiap Muslim yang beriman wajib melaksanakannya selama sebulan penuh tiap tahunnya. Namun, tahukah bahwa jika dilihat dari segi historisitasnya, asal-muasal puasa Ramadan tidak langsung diperintahkan begitu saja.

Karena sebelumnya, puasa tidak langsung diperintahkan yang dimulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Dalam sejarah, puasa Ramadan terdapat beberapa langkah sehingga menjadi suatu tataran syariat yang mengikat bagi umat Muslim.

Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal, sejarah puasa Ramadan tidak muncul begitu saja. Dalam riwayatnya, sebelum Rasulullah SAW menerima perintah puasa Ramadan, Rasulullah SAW telah melaksanakan puasa Asyura dan puasa tiga hari setiap bulannya.

Secara singkat sejarah puasa Ramadan sendiri mulai diwajibkan (untuk melakukan ibadah puasa Ramadan) pada 10 Sya’ban, satu setengah tahun setelah umat Islam hijrah ke Madinah. Ketika itu, Nabi Muhammad baru saja diperintahkan untuk mengalihkan arah kiblat dari Baitulmaqdis (Yerusalem) ke Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

Dan pada saat itulah puasa Ramadan dimulai ketika melihat atau menyaksikan bulan pada awal bulan tersebut. Apabila langit dalam keadaan berawan yang mengakibatkan bulan tak dapat dilihat dan disaksikan, bulan Sya’ban disempurnakan menjadi 30 hari. Kewajiban puasa sebulan penuh pada Ramadan baru dimulai pada tahun kedua Hijriah.

Menurut riwayat lain, sebelum turunnya perintah puasa Ramadan, Rasulullah bersama sahabat-sahabatnya serta kaum Muslimin melaksanakan puasa pada setiap tanggal 13, 14, dan 15 bulan-bulan Qomariyah. Selain itu, mereka juga biasa berpuasa tanggal 10 Muharam, sampai datang perintah puasa wajib di bulan Ramadan. Perintah puasa Ramadan ini didasarkan pada firman Allah SWT yang berbunyi,

يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُواكُتِبَعَلَيْكُمُالصِّيَامُكَمَاكُتِبَعَلَىالَّذِينَمِنْقَبْلِكُمْلَعَلَّكُمْتَتَّقُونَ

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Al-Baqarah: 183)

Berdasarkan penjelasan di atas, tampaklah bahwa puasa Asyura tak ada hubungannya dengan peringatan wafatnya Husain bin Ali bin Abi Thalib yang biasa diperingati oleh penganut Syiah. Namun demikian, sebagian umat Islam termasuk di Indonesia ada yang rutin melaksanakan puasa Asyura.

Karena Rasulullah sendiri pun terbiasa berpuasa pada hari Asyura. Bahkan, Rasulullah SAW memerintahkan kaum Muslimin untuk juga berpuasa pada hari itu. Menurut Ibnu Umar RA, Rasulullah pernah berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh dia (Ibnu Umar) untuk berpuasa juga. Namun, saat datang perintah puasa Ramadhan, puasa Asyura itu ditinggalkan oleh Rasulullah SAW.

Tentang perintah Rasulullah untuk berpuasa Asyura, menurut Bukhari, Ahmad dan Muslim adalah sesudah beliau tiba di Yatsrib (Madinah). Tepatnya, sekitar setahun setelah Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya tinggal di Madinah.