Rumah pengasingan tokoh pahlawan nasional bernama lengkap Sutan Syahrir ini tak jauh dari pelabuhan Banda Neira. Bangunannya masih kokoh berdiri.
Mendengarkan musik di rumah Banda Neira
Syahrir yang flamboyan sukanya mendengar musik klasik macam Beethoven di sebuah gramofon. Sampai sekarang, gramofon kuno yang dulu dipakai sang tuan rumah lengkap dengan piringan hitamnya, masih tersimpan.
Rumah itu bergaya Indis berarsitektur paduan gaya kolonial dan tropis. Ruang utamanya luas diapit kamar tidur dan ruang kerja.
Di kamar Syahrir terdapat lemari kayu yang menyimpan sejumlah buku catatan, alat tulis, pakaian, hingga surat pengangkatan sebagai perdana menteri oleh Presiden Sukarno. Sementara itu, di ruang kerja tersimpan mesin ketik antik merek Underwood.
Lokasi
Rumah Pengasingan ini terletak di Jalan Gereja Tua, Kelurahan Nusantara, Kecamatan Banda, Kota Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Dibangun di atas lahan seluas 395 m2, luas rumah ini mencapai 314 meter persegi.
Sutan Sjahrir dan Mohammad Hatta pada tahun 1934 diasingkan ke Boven Digul selama satu tahun. Setelah menjalani masa pengasingan di Boven Digul, keduanya kemudian dipindahkan ke Banda Neira.
Di Banda Neira, Sjahrir dan Mohammad Hatta bergabung dengan Iwa Kusumasumatri dan Cipto Mangunkusumo yang sudah lebih dulu diasingkan ke tempat tersebut. Saat pertama tiba di Banda Neira, Sjahrir dan Hatta ditempatkan di rumah pengasingan Iwa dan Cipto.
Setelah beberapa hari, keduanya kemudian dipindahkan ke satu rumah sendiri yang merupakan rumah sewaaan milik De Vries, orang kaya Belanda pemilik perkebunan yang tinggal di Batavia.