Setelah dilanda gempa, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berupa keras memulihkan sektor pariwisata. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut ini.
Pertama, angka okupansi yang berada di kisaran 30 persen, menunjukan sektor industri perhotelan belum benar-benar pulih. Persoalan lain juga datang dari harga tiket pesawat yang relatif begitu tinggi dan banyaknya pembatalan penerbangan di Bandara Internasional Lombok (BIL).
“Banyak cancel (pesawat) tapi tidak hanya di Lombok saja. Artinya kejadian ini hampir di semua tempat,” kata Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu M Faozal.
Kedua, infrastruktur pariwisata masih dibenahi agar siap menerima pengunjung. Hal ini dilakukan oleh pihak pemerintah provinsi dan juga pengembang bisnis keramahan, seperti manajemen hotel dan rumah makan.
Hal tersebut sudah pasti membutuhkan waktu. Sebab setelah gempa berkepanjangan, masyarakat masih mengalami trauma dan kondisi perekonomian masih lamban untuk bangkit.
Berkoodinasi dengan maskapai
Dinas Pariwisata NTB, lanjut Faozal, terus berkomunikasi dengan manajemen maskapai untuk dapat memberikan harga tiket pesawat yang lebih terjangkau agar wisatawan bisa kembali mengunjungi Lombok.
Penurunan jumlah wisatawan sejatinya hal yang wajar saat masa sepi kunjungan atau low season setiap awal tahun. Dia berharap, sektor pariwisata Lombok mulai kembali menggeliat pascamasa low season pada Maret atau April mendatang.
Dalam waktu dekat, kata dia, Pemprov NTB juga akan menandatangani nota kesepahaman atau MoU dengan manajemen AirAsia terkait Bandara Internasional Lombok sebagai hub AirAsia kelima di Indonesia.
“Pemprov NTB berharap Asita NTB tetap kompak dan terus membantu dalam kemajuan sektor pariwisata NTB ke depan,” ucap Faozal