Jakarta dan Bandung sangat mungkin dikembangkan menjadi destinasi pengembangan fesyen Muslim kelas dunia. Sebab di dua daerah itulah busana Muslim berkembang dengan pesat.
Bandung dikenal sebagai kota tempat industri tekstil berkembang. Berbagai produk busana, termasuk Muslim tumbuh pesat di sana. Jakarta selain menjadi tempat pemasaran juga diramaikan dengan para pegiat dan penikmat busana Muslim.
Basis pasar yang kuat
Pendiri marketplace busana Muslim HijUp, Diajeng Lestari memandang dua kota tersebut paling berpotensi dijadikan pusat fesyen Muslim. Jakarta dan Bandung memiliki basis pasar yang kuat.
Di sana terdapat potensi Muslim yang besar. Sektor pariwisata juga tumbuh pesat.
Namun kota lain juga punya potensi, Yogyakarta dan Aceh . Karena , pusat fashion muslim ini terkait erat dengan industri pariwisata.
“Ada banyak potensi yang ada di Indonesia. Namun ya yang paling potensial kami melihat masih Jakarta dan Bandung,” kata Diajeng.
Dalam pertemuan dengan Jokowi beberapa waktu lalu, Diajeng juga meminta insentif bagi marketplace atau platform jual beli daring yang juga menampung barang dagangan dari para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM).
Diajeng menyebutkan, UKM busana Muslim perlu didorong karena mereka menyumbang porsi hingga 98 persen dari keseluruhan penjual yang memanfaatkan platform daring HijUp untuk menawarkan produknya.
Diajeng mengakui insentif perpajakan seperti revisi Pajak Penghasilan (PPh) final dari 1 persen menjadi 0,5 persen memang dianggap memudahkan pelaku UMKM.
Namun ia beranggapan masih ada ganjalan bagi pelaku UMKM, khususnya yang bergerak di bidang busana Muslim. Yakni besaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen yang dikenakan kepada pembeli dan dipungut oleh penyedia marketplace.
“Pembebasan untuk pajak pertambahan nilai (PPN) karena kita melihat bahwa subsidi pajak itu penting sekali dengan adanya persaingan global seperti saat ini pemain-pemain UKM ini perlu dibesarkan,” jelas Diajeng.