Jamaah Haji ini Terkejut dengan Keadaan Makkah. Ada Apa? (1)

Bagikan

Jusman (68 tahun) sangat tercengang dengan perubahan pelaksanaan haji kali ini. Jamaah haji asal Kota Padang yang terakhir kali naik haji tahun 2004 itu dibuat bingung dengan perubahan mulai dari bentuk Masjid Al Haram, jumlah jamaah dalam satu kamar, hingga makanan yang disediakan oleh PPIH Arab Saudi selama di Makkah.

Pertama, dari bentuk Masjid Al Haram yang sangat jauh berubah dari yang ia lihat sekitar 15 tahun lalu. Di mana, bentuk Masjid Al Haram saat itu adalah model renovasi yang dibangun oleh Raja Fahd pada era 1982-1988.

Sekarang, sejak 2008 hingga saat ini dimulai eksekusi perluasan kembali Masjid Al Haram. Itulah yang membuat bingung Jusman. “Banyak betul perubahannya, saya jadi bingung,” kata Jusman di Masjid Al Haram.

Kedua, dari segi pemondokan. Pada masa itu, pemondokan Jusman dan jamaah lainnya dari Indonesia sangat dekat dari Masjid Al Haram dan paling jauh hanya sekitar 1,5 km. Sehingga, dia hanya butuh jalan kaki untuk ke masjid.

Sementara sekarang, jamaah harus naik bus Shalawat dari hotel ke Masjidil Haram. Karena jarak terdekat dari hotel justru di angka 1 kilometer. Jarak hotel yang jauh ini juga akibat dampak perluasan Masjid Al Haram. Pemondokan Jusman saat ini sendiri berada di kawasan Syisah, sekitar tiga kilometer lebih dari Masjid Al Haram.

Kemudian, dari sisi makanan. Dulu, menurut Jusman, di Makkah tidak diberi makanan. “Kami dulu membawa beras dari rumah dan memasak di hotel. Lauknya juga dimasak,” kata Jusman.

Sudah diberitahu

Sekarang, Jusman sudah diberi tahu sejak di Tanah Air bahwa jamaah haji tidak perlu membawa makanan. Karena, pemerintah Indonesia melalui PPIH Arab Saudi menyediakan makanan untuk jamaah selama di Makkah.

Selain itu, dari sisi jumlah jamaah dalam setiap kamar hotel. Menurut Jusman, pada saat itu dirinya bergabung dengan 7 orang lainnya di dalam satu kamar selama di Makkah. “Sekarang hanya berempat dan maksimal di rombongan kami enam orang,” kata Jusman.

Jusman yang baru dua hari di Kota Makkah juga merasa takjub dengan penyambutan saat tiba di hotelnya. “Kami disambut shalawat yang diiringi rebana. Disambut pula dengan bunga. Dulu tak ada begini,” kata Jusman.