Vietnam menjadi salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang menjadi favorit pelancong asal Indonesia selain Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Selain karena biayanya murah, negara yang masih menganut paham komunisme ini dikenal mempunyai bangunan-bangunan ikonik dan banyak tempat wisata alam atau bangunan bersejarah.
Salah satu kota yang kaya akan bangunan berejarah yaitu Saigon, atau lebih populer disebut Ho Chi Minh City.
Di Kota Saigon, travelers dapat merasakan suasana tak jauh berbeda dengan kondisi umum di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta. Salah satunya kemacetan.
Kemacetan bukan menjadi hal luar biasa di negara beribukta Hanoi ini. Apalagi di saat jam sibuk seperti pagi hari atau petang.
Di saat seperti itu, para pelancong Indonesia wajib waspada, apalagi saat menyeberang jalan. Para pengguna sepeda motor di Kota Saigon kerap mengabaikan pejalan kaki yang hendak menyebarang.
Bila tak waspada, mereka bisa saja menabrak atau menghardik para pengguna jalan yang sedang menyebarang.
Namun, lepas dari suasana ramai dan padat, Kota Saigon kaya sejumlah bangunan bergaya koloni dan museum yang layak dikunjungi. Salah satu yang cukup menarik yaitu Museum Sejarah Vietnam yang berada di Nguyen Binh Khiem street, Ben Nghe ward, District 1 Kota Saigon.
Museum ini berdiri sejak 23 Agustus 1979. Awalnya, Museum ini bernama Musee Blanchard de la Brosse (1929-1956), lalu berubah menjadi Museum Nasional Vietnam Saigon dan akhirnya resmi menyandang nama Museum Sejarah Vietnam.
Memasuki salah satu pintu masuk museum, traveler disambut oleh patung Buddha berukuran besar yang dibuat pada abad 14 Masehi.
Museum ini memiliki dua galeri utama, yang dibagi menjadi beberapa sub galeri. Pertama adalah galeri prasejarah hingga Dinasti Nguyen (1945).
Di tempat ini tampak dipajang beberapa peninggalan purbakala seperti kapak purba, senjata purba dari batu, peninggalan dari dinasti-dinasti yang pernah berkuasa di Cao Viet saat itu, hingga peninggalan dari Kerajaan Champa, dan peninggalan kebudayaan kuno di selatan Vietnam.
Sedangkan pada Galeri kedua, lebih menampilkan beberapa peninggalan dari selatan Vietnam dan negara-negara di Asia lainnya, seperti: patung Buddha dari beberapa negara-negara di Asia dan pahatan dari Kamboja.
Selain dapat melihat ratusan benda peninggalan sejarah, para wisatawan juga dapat menyaksikan pertunjukan boneka air yang ditampilkan di ruang pertunjukan.
Pertunjukan boneka ini menceritakan kehidupan sehari-hari bangsa Vietnam yang hidup dari bertani, beternak, dan penuh dengan unsur mitologinya. Beberapa tampak menampilkan cerita yang tokohnya berapa hewan-hewan mitologi bangsa Vietnam seperti naga, katak, ikan, dan beberapa jenis hewan lainnya.
Semua dialog dan nyanyian dipersembahkan dalam bahasa Vietnam, tapi kita bisa mengira-ngira apa yang akan disajikan.
Sayangnya informasi visual bagi para wisatawan, khususnya wisatawan asing terasa masih cukup kurang.
Sehingga pengunjung sedikit kesulitan membayangkan proses perjalanan sejarah bangsa Vietnam sejak era purbakala hingga saat ini.
Untuk tiket masuk, bagi wisatawan asing dikenakan biaya 15.000 VND (setara Rp 17 ribu). Museum ini beroperasi tiap hari Selasa hingga Minggu dengan jam operasional pukul 08.00 hingga 17.00.
Hegrah Al Ula, atau Madain Salih merupakan situs arkeologi di tengah padang pasir di wilayah…
Keberadaan pengemis di Arab Saudi semakin memprihatinkan. Menurut laporan, sebanyak 90 persen pengemis yang ada…
Tanah Suci Makkah adalah tempat paling mulia untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena di…
Penyelenggaraan ibadah haji 2024 terbilang cukup sukses, bahkan sangat memuaskan menurut catatan Badan Pusat Statistik…
Setidaknya ada 7 julukan bagi Kota Makkah. Kota yang paling suci bagi umat Islam ini…
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dituding mangkir dari panggilan Pansus Angket Haji DPR dengan…