Jepang menjadikan Ambarawa sebagai kamp konsentrasi terbesar di Jawa. Pertimbangannya dekat dengan Pelabuhan di Semarang. Ambarawa juga memiliki infrastruktur dan fasilitas militer lengkap.
“Ambarawa dipandang tepat untuk menjadi sentra kegiatan militer,” kata pemerhati sejarah Palagan Ambarawa, Indun Mawarti, beberapa waktu lalu.
pada periode Maret 1943 hingga awal Juni 1945, Jepang memindahkan banyak interniran ke sana. Mereka berasal dari Bali, Surabaya, Malang, Surakarta, Yogyakarta, dan Magelang.
Kamp Konsentrasi Ambarawa yang menyedihkan
Ada beberapa kamp konsentrasi. Kamp 9 berada di kompleks gereja Jago. Kamp konsentrasi 8 di SMP Pangudi Luhur. Lalu masih ada kamp konsentrasi 6 yang menempati eks Military Ziekenhuis (rumah sakit militer Belanda) yang kini menjadi kantor Koramil 09/Ambarawa.
Sedangkan kamp 7 menempati Tangsi Militer KNIL. Saat ini menjadi Kesatrian Batalyon Kavaleri (Yonkav) Serbu/ 11 Ambarawa.
Ada juga kamp yang sama 10 di lokasi eks Tangsi Militer Banyubiru. Lalu kamp 11 yang menempati eks Benteng Willem I dan kini menjadi Depot Pendidikan Polri Banyubiru.
Saat itu daerah ini menjadi tempat penahanan dan konsentrasi terbesar di Jawa. “Lebih dari 4 ribu, perempuan dan anak- anak Belanda, indo Belanda dan keturunan Eropa lainnya pernah ditawan,” jelasnya.