Kesederhanaan Nabi Muhammad yang Patut Ditiru Umat

kesderhanaan Nabi

Bagikan

Kesederhanaan Nabi Muhammad tercermin dalam banyak perilaku beliau yang bisa tiru. Rasul yang menjadi teladan umat manusia ini sangat peduli terhadap umatnya.

Kesederhanaan Nabi ini diceritakan dalam sebuah buku berjudul Sebuah Novel Biografi, Muhammad SAW: Lelaki Penggenggam Hujan karya Tasaro GK.

Dalam buku itu diceritakan bahwa suatu ketika Nabi Muhammad SAW menahan rasa lapar yang melandanya. Namun, kondisi itu diketahui oleh Umar bin Khattah saat beliau menunaikan shalat.

Dalam gerakan shalatnya, Nabi terlihat seperti sukar bergerak dan berat. Terdengar bunyi yang cukup menyita perhatian Umar, seperti persendian yang saling bergesek. Dalam shalat yang terjadi di Madinah itu terlihat agak lama. Tidak seperti biasanya.

Setelah menjalankan shalat, Umar bergegas mendatangi Nabi seraya menanyakan kondisi beliau. “Ya Rasulullah, kami melihat seolah engkau menanggung penderitaan yang amat berat. Sakitkah engkau ya Rasul?”

Menjawab pertanyaan Umar, Nabi hanya melempar senyum sambil berkata, “Tidak, wahai Umar. Alhamdulillah, aku sehat,” kata Nabi Muhammad SAW.

Merasa masih ada yang mengganjal, Umar pun mengajukan pertanyaan lain. Dengan lebih sopan dan tanang, namun penuh keprihatinan.

“Mengapa tiap kali engkau menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah sendi di tubuhmu bergesekan? Kami yakin engkau sedang sakit,” kata Umar.

Pertanyaan itu dijawab Nabi dengan senyuman untuk kedua kalinya, namun kali ini mengangkat jubahnya sehingga bagian perut beliau terlihat.

Umar Bercerita Mengenai Kesederhanaan Nabi Muhamad kepada Sahabat

Umar pun menceritakan kisah tersebut kepada para sahabat. Bahwa perut Nabi sangat kempis. Dan di situ nampak Nabi melilitkan kain berisi batu di perutnya untuk mengganjal rasa lapar.

Kerikil inilah yang menimbulkan suara berisik saat Rasulullah SAW menjadi imam sholat. Suara dari kerikil yang melilit perut Nabi dalam kain ini menimbulkan rasa penasaran dari sahabat Nabi.

Umar bahkan sempat menyangka Rasulullah SAW mengalami sakit serius. Umar yang merasa kasihan, kembali bertanya pada Nabi Muhammad SAW mengapa tidak mengatakan sedang lapar.

“Ya Rasul, apakah jika engkau mengatakan sedang lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan menyediakannya untuk engkau?” kata Umar.

Rasulullah diceritakan kembali menutup perutnya dengan jubah. Saat itu, Rasul menatap Umar dan sahabat Nabi lainnya sambil memberikan jawaban.

“Tidak Umar. Aku tahu, apa pun akan kalian korbankan demi aku. Tetapi, apa yang harus aku katakan di hadapan Allah SWT nanti jika sebagai pemimpin aku harus menjadi beban bagi umatku? Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah dari Allah SWT untukku agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia, terlebih di akhirat,” ujar Nabi Muhammad SAW.