Pasti selalu menjadi idaman setiap muslim yang berhaji dapat kembali ke pangkuan Allah di tempat yang baik, apalagi di Mekah ataupun Madinah.
Lalu pertanyaan mencuat, bagaimana nasib jamaah haji yang meninggal di tanah suci? Memungkinkankah jenazahnya dikembalikan ke Indonesia? Atau dikuburkan di tanah suci?
Dijelaskan Kepala Bidang Humas Kementerian Agama Rosidin Karidi, jamaah haji asal Indonesia yang meninggal di tanah suci tidak ada satu pun yang dibawa ke tanah air. Hal tersebut sudah secara otomatis dilakukan. Jadi, dipastikan jenazah di kuburkan di Madinah atau Makkah.
“Jadi, mau dimakamkan di mana, itu bukan pilihan mau di tanah suci atau di tanah air. Pemerintah Arab Saudi sudah memastikan bahwa jenazah akan dikebumikan di tanah suci,” terangnya pada tfanews.com melalui telewicara Selasa (6/8/2019).
Rosidin melanjutkan, lalu bagaimana prosedurnya? Jadi, setelah jamaah dinyatakan meninggal secara medis oleh tim kesehatan Indonesia, informasi tersebut kemudian diteruskan ke pemerintah Arab Saudi maupun pemerintah Indonesia. Tujuannya adalah untuk mendapatkan COD (certificate of Dead) dan untuk mendapatkan layanan kematian dari Pemerintah Arab Saudi.
Dengan adanya COD tersebut, pemerintah Indonesia juga menjadi lebih pasti terhadap kematian jamaah asal Indonesia.
“Bukan meninggal katanya-katanya doang. Nah, COD itu juga yang akan diberikan pada ahli waris jamaah yang meninggal,” tambahnya.
Setelah menerima jenazah, pemerintah Arab Saudi lah yang akan memandikan sampai akhirnya mayat berada di liang lahat. Nah, sekadar informasi, biasanya sehabis salat wajib, di Masjid Nabawi atau Masjidil Haram diadakan salat jenazah. “Itu kenapa jamaah yang meninggal di tanah suci sangat dimuliakan oleh semua jamaah,” ulas Rosidin.
Pemakamannya sendiri sederhana. Tidak ada batu nisan, jadi hanya sebuah batu penanda dan gundukan tanah. Terkait lokasi pemakamannya, Rosidin menyatakan, jika di Madinah, jamaah dikebumikan di Baqi. Sedangkan, ketika di Makkah, mayat dikuburkan di Soraya. “Tempat tersebut memang menjadi pemakaman umum bagi jamaah haji yang wafat saat beribadah,” papar dia.
Terkait dengan kelanjutan ibadah haji para jamaah yang wafat, Rosidin menegaskan, untuk menggantikan almarhum atau almarhumah, Pemerintah Indonesia bertanggung jawab melaksanakan badal haji.
“Hak tersebut diberikan pemerintah setelah calon jamaah haji keluar dari rumah menuju asrama. Badalnya sendiri gratis. Jadi, jangan khawatir mengenai masalah biaya,” pungkasnya.
Dalam berbagai riwayat diceritakan tentang keutamaan muslim yang meninggal di tanah suci. Di antaranya hadist dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْاسْتَطَاعَأَنْيَمُوتَبِالْمَدِينَةِفَلْيَمُتْبِهَا؛فَإِنِّيأَشْفَعُلِمَنْيَمُوتُبِهَا
Siapa yang bisa meninggal di Madinah, silahkan meninggal di Madinah. Karena aku akan memberikan syafaat bagi orang yang meninggal di Madinah. (HR. Turmudzi 3917, dishahihkan an-Nasai dalam Sunan al-Kubro (1/602) dan al-Albani )
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma juga meriwayatkan, ada orang yang ikut wukuf bersama Nabi Muhammad SAW, tiba-tiba terpelanting dari untanya hingga lehernya patah, lalu Nabi menyarankan
اغْسِلُوهُبِمَاءٍوَسِدْرٍ،وَكَفِّنُوهُفِيثَوْبَيْنِ،وَلاتَمَسُّوهُطِيباً،وَلاتُخَمِّرُوارَأْسَهُوَلاتُحَنِّطُوهُ،فَإِنَّاللهَيَبْعَثُهُيَوْمَالقِيَامَةِمُلَبِّياً
Mandikan dia dengan air dan bidara. Jangan dikasih wewangian, dan jangan ditutupi kepalanya. Karena Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat, dalam kondisi membaca talbiyah. (Bukhari 1265 & Muslim 2948).
Terkait dengan meninggalnya calon jamaah haji dan jamaah haji dan dimakamkannya mereka di tanah suci, pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam Antirogo Jember KH Muhyiddin menceritakan, memang ada persepsi yang beredar di masyarakat dimana mereka yang meninggal di tanah suci, terhindar dari siksa kubur.
Sebab, jasadnya berada di tanah haram.
Namun, persepsi tersebut juga tidak bisa ditelan mentah-mentah. Kiai Muhyiddin menyatakan, tergantung amal perbuatan masing-masing. “Jadi, tidak ada yang bisa memastikan bagaimana dengan nasib almarhum atau almarhumah di alam sana. Semua tergantung pada perbuatan manusia itu sendiri semasa hidup,” ulasnya.