Kisah Biro Perjalanan Haji Zaman Belanda, Pelayanan Buruk Penuh Intrik

Haji Zaman Belanda

Bagikan

Orang Nusantara, atau penduduk tanah yang kini disebut Indonesia, telah menjalankan ibadah haji. Dahulu perjalanan haji sangat sulit, bukan hanya karena perjalanan yang jauh, tetapi juga kondisi Makkah dan Madinah yang tidak semaju sekarang.

Muslim dari Nusantara telah menjalankan ibadah haji bahkan jauh sebelum negara ini merdeka dari penjajah Belanda. Namun, sejak dulu ternyata sudah ada biro perjalanan haji.

Dulu, pengelolaan ibadah haji dikelola Pemerintah Hindia Belanda. Namun, fasilitas yang diberikan jauh dari kata layak. Meski begitu, keinginan masyarakat untuk menunaikan kewajiban itu tak terbendung.

Mengutip buku Biro Perjalanan Haji di Indonesia Masa Kolonial, disebutkan bahwa persaingan untuk mendapatkan jamaah haji kerap dilakukan dengan cara-cara yang curang dan melibatkan aparatur negara.

Pada tahun 1893, salah seorang jamaah haji melaporkan Wedana Tjilegon (Cilegon) bernama Entol Goena Djaja kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda karena telah menahan surat jalan (pas) banyak orang yang akan pergi haji.

Wedana Tjilegon hanya memonopoli perjalanan haji dengan melarang menggunakan biro perjalanan selain Herklosts. Sebagai kompensasi, Wedana Entol Goena Djaja akan mendapatkan suap dari Herklosts berupa diberangkatkan haji dengan gratis untuk anak dan mertuanya, dan mendapatkan akomodasi berupa makan, minum dan penginapan secara gratis selama menjalankan ibadah haji.

Kisah Biro Haji Herklosts

Biro haji Herklosts diambil dari nama pendirinya yakni Johannes Gregorius Marianus (J.G.M) Herklosts. Dia adalah blasteran Jawa-Belanda dari Indramayu.

Atas izin dan perlindungan dari konsul Belanda di Jeddah, Herklosts memulai bisnis travel hajinya untuk memulangkan para jamaah haji ke Pulau Jawa. Modalnya tidak begitu banyak, namun ia ditopang oleh Syarif besar di Makkah.

Bisnisnya dimulai dengan cara mencarter kapal api British India Steam Navigation Company Limited. Herklosts mempromosikan bisnisnya melalui reklame-reklame tentang pelayanan yang istimewa, agar jamaah haji menggunakan jasanya.

Herklosts juga menipu Syarif besar di Makkah dengan mengaku sebagai seorang Muslim dan mengubah namanya menjadi Abdul Hamid. Hal itu Herklosts lakukan karena sang Syarif tidak mau melibatkan non-Muslim untuk mengendalikan agen perjalanan haji. Sang Syarif diketahui telah menyumbang 150.000 Gulden kepada Abdul Hamid alias Herklosts.