Setiap perkumpulan harus ada pemimpinnya. Bila tidak, perkumpulan itu tidak akan terarah. Bahkan bisa mengakibatkan pertengkaran. Itulah mengapa keberadaan pemimpin jauh lebih baik dari pada tidak ada pemimpin.
Bahkan dalam setiap perjalanan pun, diharuskan ada pemimpin jika perjalanan itu melibatkan tiga orang atau lebih. Hal ini selaras dengan hadis Nabi Muhammad SAW tentang hal itu.
Nabi Muhammad bersabda, “Jika tiga orang (keluar) untuk bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebagai ketua rombongan.”
Pada tahun 9 Hijriah, Nabi Muhammad SAW menunjuk Abu Bakar sebagai pemimpin perjalanan haji, atau disebut Amirul Haj. Dari penunjukan ini, terjadilah kisah menarik yang perlu kita telaah dan mengambil hikmahnya.
Abu Bakar, yang kala itu adalah Amirul Mukminin harus menujukan bahwa dirinya mampu mengemban amanah tersebut dengan baik.
Rombongan haji itu tiba di Kota Makkah pada waktu Dhuha. Karena waktunya masih pagi, dia pun menyempatkan diri berkunjung ke rumah orang tuanya yang memang tinggal di kota itu.
Begitu dia sampai ke dekat lokasi rumah orang tuanya, warga sekitar langsung meneriakinya. Sontak, Abu Quhafa, ayahnya Abu Bakar langsung bergegas ingin menghampiri anaknya.
Melihat sang ayah bergegas menghampirinya, Abu Bakar langsung turun dari ontanya dan menghampiri ayah tercinta.
“Tidak perlu berdiri ayah,” kata Abu Bakar meminta.
Abu Bakar pun langsung memeluk dan mencium kening ayahnya. Ayahnya pun tak henti meneteskan air mata bahagia melihat sang anak yang sudah lama berpisah.
Momen tersebut menunjukkan betapa Abu Bakar adalah pemimpin yang tetap patuh dan sopan terhadap ayahnya walaupun dirinya sedang dalam pucuk kepemimpinan. Meskipun ayahnya, yang dalam ini adalah rakyat biasa, telah berdiri menghampirinya.
Abu Quhafa termasuk satu di antara warga Makkah yang telah masuk Islam sejak peristiwa Fathu Makkah beberapa tahun sebelumnya. Namun, mereka memilih tinggal di kota suci tersebut.
Abu Bakar tidak sering berkunjung ke Makkah. Khususnya saat dia menjadi Amirul Mukminin. Tugas-tugasnya mengurus rakyat amat banyak. Namun, pada tahun itu ia menyempatkan dirinya untuk menunaikan ibadah haji.
Untuk itu, kesempatan yang baik tersebut ia manfaatkan untuk hal-hal baik. Tidak hanya berkunjung ke rumah orangtuanya, dirinya juga memanfaatkan kesempatan itu untuk mengecek kondisi warga.
“Apakah ada kezaliman di kota ini? Kalau ada segera laporkna kepadaku,” tanya Abu Bakar kepada warga Makkah.
Pertanyaan itu diulang beberapa kali. Namun, tak ada satu pun warga yang mengadukan persoalan kepadanya. Alhamdulillah, meski Makkah tidak sering ia kunjungi, namun keadaannya baik-baik saja.