Kisah Rasuullah Jadi Sosok Teladan

Bagikan

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi sosok teladan yang ideal sebagai seorang ayah. Dikutip dari buku berjudul “Menjadi Ayah yang Sukses” karya Adil Fathi Abdullah, bahwa orang tua seyogianya menjadi teladan baik dalam segi akhlak, intelektualitas, agama maupun hal lainnya yang ingin dia ajarkan kepada anaknya.

Keteladanannya tersebut bisa diambil dari sosok Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagai utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Nabi diciptakan Allah sebagai manusia yang memiliki keteladanan yang baik.

Selain itu, Rasulullah Shallallahu’ alaihi wa sallam adalah sosok ayah yang penyayang yang memberi kehangatan cinta kasih kepada anak-anaknya.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kerap mencium cucunya, Hasan.

ketika hal twrsebut disaksikan oleh al-Aqra’ bin Haabis at-Tamimy, dia langsung berkomentar, “Aku memiliki sepuluh anak. Tak satupun yang pernah kucium.” Rasulullah lantas mengalihkan pandangannya kepada Aqra’, lalu berkata, “Orang yang tidak mengasihi tidak dikasihi.” (HR Bukhari).

Beliau mengajak bermain atau bercanda dengan anak-anak. Bahkan, Rasulullah tidak merasa malu saat dia melakukan hal demikian di depan orang banyak.

Sama halnya seperti yang diceritakan Ya’la bin Murrah, ketika mereka pergi bersama Rasulullah untuk menghadiri undangan makan bersama, Rasulullah melihat Hasan sedang bermain di jalan.

Beliau kemudian mempercepat jalan dengan mendahului rombongan, lalu merentangkan kedua tangannya. Hasan berlarian ke sana kemari. Rasulullah mencandainya lalu merangkulnya.

Nabi meletakkan satu tangannya di dagunya dan yang lain di ubun-ubun, lalu beliau menciumnya. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari.

Salah satu bukti kasih sayang Rasulullah saw kepada anak-anak terbukti saat beliau tengah berkhotbah. Seperti diriwayatkan oleh Abdullah bin Buraidah, saat itu Hasan dan Husein memasuki masjid.

Melihat mereka hampir terjatuh, Rasulullah saw langsung turun dari mimbar dan membopong mereka berdua. Hasan dan Husein kemudian didudukkan di hadapannya. Selanjutnya Nabi membacakan firman Allah, “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagai cobaan.” (QS al-Anfaal: 28)

Tidak hanya itu, Rasulullah juga menyayangi anak-anak dan memiliki rasa khawatir terhadap mereka. Bahkan saat sedang melaksanakan shalat, Nabi menyingkat shalat dan tidak memanjangkannya ketika dia mendengar anak-anak yang menangis.

Beliau bersabda, “Pada saat mulai shalat, aku ingin memanjangkannya. Namun, ketika mendengar ada anak menangis, aku memendekkan shalatku, karena aku ingat kesedihan ibunya jika anaknya menangis” (HR. Bukhari dan Muslim).