Kerajaan Islam ini didirikan oleh Utsman, putra Artogrol dari kabilah Oghuz menjadi salah satu kerajaan Islam dunia yang pernah berperan besar dalam pengembangan ajaran Islam, wilayah dan perpolitikan adalah Dinasti Utsmaniyah. Ia berkuasa selama kurang lebih 7 abad lamanya (1300-1922) dan dipimpin oleh 36 sultan. Ia berpusat di Turki dan menjadi kerajaan besar selain Safawi dan Mogul. Kerajaan ini juga pernah menjadi negara adikuasa setelah berhasil menaklukkan Konstatinopel (Istanbul) dan Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium).
Usman yang berasal dari daerah Mongol yang datang ke Turki untuk meminta perlindungan dari penguasa Seljuk, Sultan Alauddin II. Ia meminta perlindungan karena mendapat serangan orang-orang Mongol. Utsman kemudian dipercaya menjadi panglima perang Dinasti Seljuk. Setelah Sultan Alauddin II wafat, Utsman mengambil alih kekuasaan dan mendirikan Kerajaan Usmani. Pada masanya, ia melakukan ekspansi ke pinggiran wilayah Kekaisaran Bizantium.
Sepeninggalan Utsman, kepemimpinan digantikan oleh putranya, Orhan. Ia terus melakukan perluasan wilayah dengan menaklukkan kota Broissa(Turki) pada tahun 1324 dan menetapkannya sebagai ibu kota negara Usmaniyah. Dalam mewujudkan perluasan wilayah dan mempertahankan keamanan serta stabilitas negara, ia membentuk pasukan tangguh yang disebut Janissary atau Inkisyariah. Pada masanya, selain mampu menaklukkan kota Broissa, ia juga menaklukkan Izmir (Asia Kecil) dan Ankara.
Pada masa kepemimpinan sultan Utsmani ke-IV, Bayazid I kerajaan ini menjadi kerajaan besar. Ia melanjutkan visi ayahnya untuk terus melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah Eropa yang berada di bawah kekuasaan Eropa. Upaya yang dilakukan oleh Bayazid I ternyata menimbulkan kemarahan dari orang-orang Eropa yang akhirnya melakukan penyerangan ke Utsmaniyah. Pertempuran tersebut terkenal dengan sebutan “Pertempuran Nikopolis” yang melibatkan aliansi bala tentara salib dari Hongaria, Bulgaria, Kroasia, Wallachia, Prancis, Jerman, Bourgogne dan beberapa pasukan tentara lainnya. Namun pertempuran tersebut dimenangkan oleh Utsmaniyah.
Kemudian setelah itu, tepatnya pada tahun 1402 pasukan Timur Lenk (penguasa Mogul) menyerang Usmani. Bayazid I tewas, Utsmaniyah pun kalah dan akbitanya hampir seluruh wilayah Utsmaniyah jatuh ke tangan Timur Lenk.
Akbirnya Wilayah Utsmaniyah yang dahulu sempat terebut akhirnya direbut kembali saat Sultan Muhammad I atau biasa disebut Sultan Mehmet naik takhta. Lalu pengambilan kembali wilayah Utsmaniyah berhasil dilakukan pada masa kepemimpinan Murad II.
Usaha tersebut diteruskan oleh putranya Muhammad II yang digelari al-Fatih (Sang Penakluk) karena berhasil melakukan ekspansi kekuasaan secara besar-besaran. Ia berhasil menaklukkan Konstatinopel yang menjadikan semakin mudahnya Usmaniyah melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah yang lain seperti Serbia, Albania dan Hungaria.
Kota Konstatinopel menjadi gerbang Eropa dan jalur perdagangan Timur dan Barat. Sehingga penaklukkan kota tersebut memberikan keuntungan bagi dunia Islam saat itu. Barat menjadi bergantung sepenuhnya kepada Kerajaan Utsmani. Sultan Muhammad II akhirnya menjadikan Konstatinopel sebagai ibu kota kerajaan dan megganti namanya menjadi Istanbul. Meskipun begitu, ia menjunjung nilai toleransi dengan memberi kebebasan beragama kepada penduduk negara tersebut. Karena keberhasilannya dalam menaklukkan wilayah-wilayah baik barat dan timur, Usmaniyah menjadi negara adikuasa pada masanya. Kepemimpinan sultan-sultannya tidak hanya diakui di negara taklukkannya, tetapi juga di dunia.
Kemunduran Utsmaniyah dimulai sejak abad ke-19 saat berada di bawah kekuasaan Sultan Abdul Hamid II. Ia memerintah dengan penuh kekerasaan sehingga menimbulkan konflik dan pemberontakan dari penduduk Turki baik dari kalangan sipil maupun militer. Muncullah gerakan Turki Muda yang memposisikan dirinya sebagai oposisi pemerintah dan berupaya untuk memakzulkan kekuasaan Usmaniyah. Sementara itu, oposisi yang berasal dari kelompok militer akhirnya membentuk komite-komite rahasia yang berencana meruntuhkan Utsmaniyah yang salah satunya dipimpin oleh Kemal Ataturk.
Kesultanan Utsmaniyah dikenal sebagai bangsa militer karena lebih mengedepankan ekspansi dan pertahanan kekuasaan. Di sisi lain, pengembangan ilmu pengetahuan kurang menonjol.
Oleh sebab itulah, tidak ditemukan ilmuwan-ilmuwan Islam dari masa pemerintahan Utsmaniyah. Namun dari sisi pengembangan ilmu arsitektur Islam, kerajaan ini cukup berjasa. Mereka membangun banyak masjid yang dihiasi kaligrafi indah dan bangunan-bangunan khas lainnya.
Salah satunya adalah Masjid Salimiyah II yang dibangun tahun 1570 pada masa kekuasaan Sultan Salim II. Bangunannya dianggap bangunan yang paling sempurna. Seluruh temboknya dilapisi tembok mermer.
Hegrah Al Ula, atau Madain Salih merupakan situs arkeologi di tengah padang pasir di wilayah…
Keberadaan pengemis di Arab Saudi semakin memprihatinkan. Menurut laporan, sebanyak 90 persen pengemis yang ada…
Tanah Suci Makkah adalah tempat paling mulia untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena di…
Penyelenggaraan ibadah haji 2024 terbilang cukup sukses, bahkan sangat memuaskan menurut catatan Badan Pusat Statistik…
Setidaknya ada 7 julukan bagi Kota Makkah. Kota yang paling suci bagi umat Islam ini…
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dituding mangkir dari panggilan Pansus Angket Haji DPR dengan…
Lihat Komentar