Pembeli yang terdiri dari importir dan pemilik kedai kopi di Kota Baku, Azerbaijan terkesima dengan produk kopi Indonesia. Mereka menyatakan tertarik dan ingin berbisnis dengan pengusaha kopi Tanah Air. Alasannya, karena kopi Indonesia mempunyai cita rasa yang berbeda dari kopi negara lainnya.
Selama 3 hari, Baku Coffee and Tea Festival 2019 digelar, mulai tanggal 11-13 Januari 2019, acara berlangsung di Passage Baku, tempat bernuansa food court bekas pasar neoklasikal zaman Uni Soviet.
Sebanyak empat pelaku industri kopi dari Indonesia, termasuk barista milenial terlibat dalam diplomasi ekonomi di Festival tersebut. Pelaku industri kopi tersebut hadir untuk meningkatkan kehadiran kopi khas Indonesia di Azerbaijan baik dari sisi komoditas maupun kreativitasnya.
Duta Besar Indonesia untuk Azerbaijan, Husnan Bey Fananie mengatakan bahwa respon masyarakat dan barista asal Baku sangat antusias terhadap kopi asal Indonesia.
“Ketika ada barista mencium aroma kopi mamasa asal Sulawesi, mereka terkejut dan takjub karena beda dengan kopi yang biasa mereka sajikan yakni kopi dari Amerika Latin dan Afrika,” kata Husnan yang hadir menemani para pelaku industri kopi asal Indonesia di festival tersebut.
Husnan pun menyoroti betapa besar potensi transaksi perdagangan di sektor kopi antara Indonesia dan Azerbaijan serta negara kaukasus lainnya.
“Sebagai produsen kopi terbesar dunia keempat, diharapkan dari pameran ini (Baku Coffee and Tea Festival) akan makin banyak ekspor kopi Indonesia hadir di Azerbaijan dan Negara sekitarnya,” kata Husnan dengan optimis.
Hadir dalam festival tersebut macam-macam kopi asli Indonesia diantaranya Aceh gayo pantan musara, Sulawesi mamasa, Merapi, Menoreh, Tambak watu, Dampit, Preanger, Exelsa wonosalam, dan Solok radjo.