Perlu diketahui, Nabi Muhammad tidak pernah memaksakan Islam dalam dakwahnya. Ia hanya menghadirkan kebenaran Islam dalam akhlak mulianya sehingga Islam dapat diterima oleh siapa pun.
Allah SWT menganugrahkan alkhlaqul karimah kepada Nabi sekaligus menjadi komitmen dakwahnya. Meskipun riwayat menyebutkan, akhlak mulia Nabi Muhammad sudah tertanam sejak muda. Hal itu dibuktikan dengan gelar al-amin (seorang yang dapat dipercaya) oleh masyarakat Arab sebelum Rasulullah menerima wahyu.
Sebagai contoh dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad adalah ketika menyampaikan Islam melalui surat. Tradisi kerajaan terdahulu ialah suatu keberanian dan tentu sebuah penghormatan tinggi ketika ada utusan resmi menghampiri kerajaan untuk menyampaikan sebuah pesan. Apalagi pesan tersebut disampaikan secara damai dan tidak mudah karena harus mengarungi lautan dan melewati bentangan jarak yang sangat panjang bagi para utusan.
Ketika itu, Nabi berseru melalui surat yang direspon positif oleh kerajaan. Hasilnya pun menakjubkan, banyak raja dan orang-orang penting lainnya memeluk Islam. Raja-raja tersebut bukan tanpa alasan serta merta mengikuti seruan Nabi, karena mereka sebelumnya telah mendengar kabar soal utusan Allah bernama Muhammad, manusia terpercaya, jujur, dan menyampaikan kebenaran di setiap ucapannya.
Sebagai salah satu penyampaian kebenaran, tentu saja seruan Nabi Muhammad disambut gembira oleh Raja Muqawqis. Surat berisi seruan yang sama juga disampaikan Rasulullah kepada Kaisar Heraclius Raja Romawi, Raja Najasyi Penguasa Habasyah, Raja Gassan Jabalah bin Aiham, Raja Thaif, dan raja-raja besar lainnya.
Dakwahnya melalui surat ini membuahkan teladan luhur bagi umat Islam bahwa kebenaran harus disampaikan dengan cara yang baik. Selain itu, dakwah juga menuntut kearifan akhlak penyampainya sehingga antara hati dan perkataan merupakan satu-kesatuan. Hal tersebut mwnjadi bentuk integritas Nabi yang teguh dan berani tapi tetap ramah, berakhlak baik, dan menghormati.
Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan dalam Secercah Tinta (2012) mengungkapkan beberapa kunci keberhasilan dakwah Nabi Muhammad yang dinukil dari sebuah ayat Al-Qur’an:
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS At-Taubah: 128).
Dari ayat tersebut, Allah SWT menerangkan kedudukan Nabi Muhammad. Telah datang Rasul, utusan yang berasal dari manusia, bukan dari makhluk lain. Utusan Allah dari golongan manusia menunjukkan bahwa Muhammad bukanlah manusia sembarangan. Beliau adalah manusia pilihan yang luar biasa.
Lalu apa keistimewaan yang dimiliki oleh Rasulullah SAW?
Pertanyaan ini pun terjawab dalam beberapa kalimat selanjutnya. Pertama, azizun ‘alaih ma’anittum (berat terasa olehnya penderitaanmu). Karena sepanjang hayatnya, terutama yang dipikirkan oleh Nabi Muhammad adalah umatnya. Ia sama sekali tidak menginginkan umatnya menderita di hari kemudian.
Kedua, harishun ‘alaikum (sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu). Ini merupakan ungkapan cinta, kasih sayang sekaligus harapan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya.
Ketiga, bil mu’minina raufur rahim (amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin). Beliau memiliki rasa kasih sayang teramat mendalam pada kaum beriman.
Sifat-sifat inilah yang kemudian menopang keberhasilan dakwah Nabi Muhammad. Akhlak mulia, cinta, dan kasih sayang yang mewujud dalam penjelasan ayat di atas merupakan kunci keberhasilan dakwah Nabi dengan mengedepankan akhlaqul karimah karena tersimpan harapan besar Nabi kepada umatnya.