Bagaimana aktivitas Anda ketika berkendara di pagi hari di Jakarta, macet luar biasa bukan? Tapi, ada kota lain yang disebut neraka dunia karena kemacetannya.
Seperti dilansir CNN, Rabu (7/8/2019), para karyawan di Lagos, Nigeria mengalami stres, terbakar dan kelelahan karena masalah lalu lintas sudah seperti neraka di dunia. Lalu lintas di sana sangat macet.
Dalam sebuah kasus perjalanan baru-baru ini yakni dari bandara ke Ajah, di Pulau Lagos yang berjarak kurang dari 50 kilometer membutuhkan waktu delapan jam! Itu dua jam lebih lama dari penerbangan dari Istanbul ke Nigeria.
Selamat datang di lalu lintas ala Lagos, di mana jalan-jalannya tersumbat dan jutaan penggunanya frustrasi. Kerumitan inilah yang dirasakan sehari-harinya di ibu kota Nigeria, kekuatan ekonomi terbesar kelima Afrika.
Ada pula yang bekerja dengan meninggalkan rumah pada pukul 05.30 dan sampai di tempat kerja pada pukul 09.10. Persis dengan Jakarta, banyak orang di Nigeria terpikat kota itu terutama karena alasan ekonomi, kota ini pun ramai dan tidak sehat.
Meski kota terkecil, Lagos memiliki populasi perkotaan tertinggi dengan perkiraan populasi 22 juta orang dan terus bertambah. Itu lebih dari dua kali lipat jumlah penduduk New York atau London juga Jakarta.
Lebih dari delapan juta orang mengendarai lima juta kendaraan dan menjejalkannya ke jalanan kecil sebanyak 9.100 jalan setiap harinya. Ini adalah alasan mengapa orang Lagos menghabiskan rata-rata 30 jam dalam lalu lintas setiap minggu atau 1.560 jam per tahun, sementara pengemudi di Los Angeles dan lalu lintas Moskow hanya menghabiskan 128 dan 210 jam di tahun 2018.
Lagos diproyeksikan menjadi kota terbesar di dunia pada tahun 2100 dengan jumlah penduduk sebanyak 88,3 juta. Oleh karenanya dibutuhkan fasilitas jalan yang lebih baik dan sistem transportasi berkapasitas tinggi.
Bencana kesehatan mental dan produktivitas
Kemacetan lalu lintas dengan kebisingan dan polusi sangat merugikan kesehatan mental dan fisik. Para pakar kesehatan bahkan menghubungkan itu dengan meningkatnya angka bunuh diri di kota itu.
“Mereka meninggalkan rumah pukul 4 pagi, bertahan dari lalu lintas seperti neraka. Kemudian mereka berurusan dengan tekanan pekerjaan. Tidak mengherankan akan lebih banyak orang yang menderita kecemasan dan depresi,” kata psikiater Olufemi Oluwatayo.
Para pekerja juga tidak produktif karena sebelum di tempat kerja harus bertahan dalam lalu lintas selama lebih dari enam jam setiap hari. Kata eksekutif media, Agnes Marquis dalam sebuah laporan di media lokal Pulse, inilah mengapa Anda harus berpikir dua kali sebelum mengambil pekerjaan di Lagos.
Beberapa perusahaan Nigeria enggan memberi izin karyawan mereka bekerja dari rumah. Lainnya ada yang sudah mengizinkan bekerja dari rumah dengan mengandalkan aplikasi Slack dan ClickMeeting untuk komunikasi jarak jauh.
Kemacetan lalu lintas menghambat ekonomi di negara bagian dan nasional. Perhimpunan bisnis di Lagos saja kehilangan USD 30,5 juta atau Rp 434,7 miliar per bulan. Efek kemacetan di pelabuhan terbesar Nigeria, Apapa, menelan biaya hingga USD 19 miliar atau Rp 270,8 triliun per tahun, kerugian itu lebih tinggi dari anggaran negara Nigeria pada 2016.
Pemerintah setempat telah berjanji menyelesaikan masalah itu. Bagaimana menurut Anda yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya?