Sufisme berkembang dan berawal di Turki. Di Mevlana Museum yang adalah bekas masjid, tersimpan kisah dan makam sufi terkenal Jalaluddin Rumi.
Adalah Jalaluddin Rumi, penyair sufi terkenal yang dilahirkan di kota Samarkand dan menetap di kota Konya Turki.
Yang membuat kota ini jadi amat terkenal, bahkan kini dikunjungi satu juta peziarah muslim setiap tahun. Di sinilah tokoh terkemuka dalam tasawuf dan kesusastraan itu menghabiskan sebagian besar usianya hingga wafat.
Tak pelak, tempat paling penting untuk dikunjungi di Konya adalah Mausoleum Rumi yang kini menjadi museum. Tempat inilah yang kini menjadi merek dagang kota dan tempat pertunjukan tarian Samaa atau Whirling Dervishes karena para Darwis penarinya bergerak melingkar-lingkar dan terkenal itu. Di mana kita kenal sebagai tarian sufi di seluruh dunia.
Terletak di pusat kota, dari kejauhan keanggunan mausoleum itu sudah tampak. Sebuah kerucut hijau besar menghiasi atap gedung tua itu, seakan bersaing dengan kubah dan menara masjid yang tegak di sebelahnya. Kerucut itulah ciri khas bangunan Rumi.
Di bawah kerucut itulah tepat terletak makam sufi dan sastrawan besar Persia itu. Berdampingan dengan makam Rumi, terdapat makam Sultan Walad, anak sulung Rumi yang mengembangkan orde sufi Whirling Dervishes.
Museum itu kecil saja. Mungkin untuk saat ini kehadirannya agak tersaingi oleh masjid di sebelahnya yang dibangun arsitek terkemuka Turki Ottoman, yaitu Sinan pada masa pemerintahan Sultan Salim II, abad ke-16.
Bangunan itu sendiri baru menjadi museum pada 1926 dan kemudian kembali menjadi pusat kegiatan Whirling Dervishes.
Sebelumnya, tempat ini sempat mengalami masa muram ketika Musthafa Kemal, bapak bangsa Turki, melarang kegiatan kelompok sufi itu.
Sebelum memasuki ruang makam, setelah memasuki pintu utama, pengunjung akan langsung bertemu sebuah taman berhias kolam. Itulah simbol dari Malam Penyatuan.
Rumi menyebut kematiannya sebagai saat penyatuan diri dengan Tuhan. Di taman itu pula, tarian Samaa dipertunjukkan setiap 17 Desember untuk memperingati hari kematian Rumi.
Sejumlah turis asing pun asyik mendengarkan riwayat Rumi dari para pemandu wisata mereka. Sesaat akan memasuki ruang utama makam, pengunjung berada pada sebuah ruangan yang biasa dipakai para sufi untuk membac Al Quran.
Sejumlah karya kaligrafi terkemuka ditampilkan di ruangan ini. Di sini pula dipamerkan manuskrip-manuskrip Rumi dan berbagai artefak yang berkaitan dengan kegiatan tasawufnya.
Pada ruangan makam, di bagian kanan, terdapat 55 makam dari keluarga dan pengikut Rumi. Tepat di bawah sebuah atap kerucut hijau, terdapat dua makam dari marmer biru.
Itulah makam Rumi dan anaknya, Sultan Walad. Kedua makam dibuat pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman. Orang-orang tampak menengadahkan tangan, berdoa bagi sang Maulana
Makam bermarmer biru itu tidak telanjang, tapi ditutupi kain yang berhiaskan ayat-ayat suci Al Quran dalam bordiran benang emas.
Kain itu merupakan hadiah dari Sultan Abdulhamid II pada 1894. Bangunan makam Rumi kini juga dilengkapi masjid kecil yang dibangun Sultan Sulaiman.
Sejumlah karya kaligrafi bernilai tinggi juga tersimpan di masjid kecil ini. Di masjid yang sama terdapat pula karpet sutra, karya khas Turki yang terkenal.
Salah satu karpet itu dibuat dengan kepadatan 144 titik benang setiap senti. Meski tak jelas nilai pastinya, konon karpet itu adalah salah satu karpet termahal di dunia.