Petugas haji daerah kerja Makkah diimbau meningkatkan kualitas pelayanannya. Mereka juga harus mengeluarkan tenaga ekstra, karena cakupan kerja di sana lebih kompleks dibandingkan daerah kerja lain.
Direktur Bina Haji Kementerian Agama, Khoirizi H Dasir mengingatkan karakteristik petugas haji di Makkah berbeda dengan karakteristik petugas haji di Madinah dan bandara.
“Kalau petugas haji di Jeddah (bandara) hanya 11 sampai 15 kloter sehari. di Madinah paling sebanyak separuhnya karena adanya sirkulasi. Sementara anda di Makkah nanti semakin hari semakin padat jamaah yang datang apalagi menjelang dan sesudah pelaksanaan Armina (Arafah-Mina),” kata Khoirizi beberapa waktu lalu.
Makkah dan segala dinamikanya
Karena itu, dia mengingatkan agar petugas haji di Daker Makkah harus selalu konsentrasi dalam bertugas. Mereka harus hadir di setiap titik yang ada jamaah haji asal Indonesia.
“Tujuannya agar jamaah tahu bahwa kita petugas ada di situ. Makanya, petugas harus selalu memakai identitas petugas setiap saat,” kata Khoirizi.
Menurut Khoirizi, tanpa menanamkan komitmen yang tinggi, maka petugas dikhawatirkan akan menghindar dari tanggung jawab.
“Saya minta fungsikan tugas kita masing-masing tetapi saling bersinergi sehingga kekuatan kita bisa maksimal untuk bisa melayani jamaah dengan baik. Maka saya berharap layanilah tamu Allah dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan sehingga anda menjadi petugas yang mabrur,” kata Khoirizi.
Makkah merupakan kota suci, tempat para nabi mendakwahkan ajaran tauhid. Nabi Adam setelah turun ke bumi berjalan kaki menuju Arafah. Di sana dia bertemu dengan kekasihnya, Hawa yang sudah terpisah selama ribuan tahun. Mereka kemudian melaksanakan tawaf di Makkah.
Istri Nabi Ibrahim, Hajar, dan anaknya, Ismail, beradal di sana untuk bertahan hidup. Hajar berlari kecil dari Shafa ke Marwah untuk mencari air. Usaha yang keras itu akhirnya dibalas Allah dengan menganugerahkan air yang memancar dari sumur Zamzam. Sumber air itu dinikmati jamaah haji sejak ribuan tahun lalu hingga detik ini.