Pemain bola legendaris Turki, Hasan Sukur bercerita mengenai kesultan yang ia alami setelah menjadi bagian dari kelompok oposisi Presiden yang sedang berkuasa saat ini, Recep Tayyip Erdogan.
Dalam dunia sepak bola, Hasan Sukur merupakan mantan pesepakbola Turki yang telah melanglang buana di beberapa klub besar dunia, di antaranya Galatasaray, Torino, Inter Milan, dan Blackburn Rovers.
Selama masa karier dia di dunia sepak bola, dirinya tercatat telah mencetak gol sebanyak 332 kali dalam 709 laga. Bahkan dirinya tercatat sebagai pencetak gol terbanyak bagi tim nasional Turki, yaitu sebanyak 51 gol. Kariernya di dunia sepak bola dimulai pada 1987 hingga 2008.
Rekornya tak hanya itu, pada perebutan posisi ketiga Piala Dunia 2002, saat timnya melawan Korea Selatan, Hasan Sukur tercatat sebagai pencetak gol tercepat dalam sejarah, yaitu hanya berkisar 10.,8 detik.
Setelah pensiun dari sepak bola pada 2008, Sukur terjun ke dunia politik pada 2011. Eks penyerang kelahiran 1 September 1971 ini sempat terpilih sebagai anggota parlemen. Menurut Sukur, masalah muncul pada 2013 ketika dia memutuskan keluar dari partai AKP yang didirikan oleh Erdogan.
“Butik istri saya dilempari batu, anak-anak saya diganggu di jalanan, dan saya diancam,” katanya dalam wawancara dengan media Jerman, Welt am Sonntag.
Sukur dituduh sebagai bagian dari anggota pergerakan Gulen, yang dianggap seabagi organisasi teroris oleh pemerintah Turki.
Hingga pada bulan Februari 2016, turun perintah untuk menangkapnya lantaran dirinya menghina presiden di twitter. Sukur kemudian melarikan diri dari Turki dan mengasingkan diri di Amerika Serikat.
“Ketika saya pergi, mereka menangkap ayah saya dan menyita semuanya. Saya tidak punya apa-apa lagi. Erdogan telah merampas semuanya: hak untuk merdeka, berekspresi, dan bekerja,” kata Sukur.
Sukur menganggap kejadian itu sebagai provokasi karena musik Dombra didaulat oleh partai AKP sebagai musik asli.
“Saya dituduh sebagai kaki tangan sebuah upaya kudeta? Jika demikian, apa peran saya? Sampai sekarang tidak ada yang menjelaskannya kepada saya. Di negara saya, saya hanya melakukan sesuatu yang tidak melanggar hukum. Saya musuh pemerintah, bukan musuh negara. Saya mencintai Turki,” ujar Sukur lagi.
Saat ini Sukur masih mengasingkan diri di Washington, Amerika Serikat. Selain menjalankan usaha restoran, dia juga menjadi supir uber dan menjual buku. Sukur mengaku masih berharap bisa kembali ke Turki suatu saat nanti.
Hegrah Al Ula, atau Madain Salih merupakan situs arkeologi di tengah padang pasir di wilayah…
Keberadaan pengemis di Arab Saudi semakin memprihatinkan. Menurut laporan, sebanyak 90 persen pengemis yang ada…
Tanah Suci Makkah adalah tempat paling mulia untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena di…
Penyelenggaraan ibadah haji 2024 terbilang cukup sukses, bahkan sangat memuaskan menurut catatan Badan Pusat Statistik…
Setidaknya ada 7 julukan bagi Kota Makkah. Kota yang paling suci bagi umat Islam ini…
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dituding mangkir dari panggilan Pansus Angket Haji DPR dengan…
Lihat Komentar