Masjid Agung Roma, Keindahan Islam di Negeri Nasrani

Masjid Agung Roma

Bagikan

Masjid Agung Roma Italia, bagai paradoks. Ia berdiri di sana sejak
21 Juni 1995, atau 50 tahun setelah penentangnya wafat: Benito Mussolini (1883-1945) pemimpin Italia (1922-1943) beraliran fasis. Bahkan Mussolini berucap tentang pembangunan masjid di kota Roma “Tak kan ada masjid di Roma, selama tak ada Gereja di Mekah”.

Setelah melalui proses panjang selama 20 tahun, sejak lahan diperoleh dari dewan kota Roma pada 1974, atas lobi lobi intensif Raja Faisal dari Arab Saudi kepada Presiden Giovanni Leone (presiden Italia ke-6, 1971-1978), Masjid Agung Roma Italia berdiri.

Biayanya didapat secara patungan dari 23 negara Islam. Indonesia salah satunya. Selain Aljazair, Arab Saudi, Bahrain, Bangladesh, Brunei Darussalam, Irak, Kuwait, Libya, Malaysia, Maroko, Mauritania, Mesir, Oman, Pakistan, Qatar, Senegal, Sudan, Tunisia, Turki, Uni Emirat Arab, Yaman, dan Yordania.

Masjid yang disinggahi Lukman Hakim Saifuddin untuk menunaikan sholat Jumat pada 4 Oktober 2019, saat masih menjabat Menteri Agama RI itu, berjarak hanya 5 km dari jantung kota Roma alias Rum dalam Al Qur’an.

Letak persisnya di ujung hunian keluarga kerajaan Italia yakni taman Villa Ada Park. Area tersebut masuk kawasan gunung legendaris Monte Antenne, tempat tinggal para Antenat yang ditaklukkan oleh pendiri kota Roma, Romus dan Romulus.

Masjid Agung Roma, Sejarah dan Tahta Suci Vatikan

Menyadari begitu tingginya kebutuhan bagi kehadiran masjid di kota Roma, Tahta Suci Vatikan kemudian mengeluarkan Dekrit tahun 1963 yang menyatakan dengan tegas bahwa Vatikan tidak menentang pembangunan masjid di kota Roma, sepanjang bangunan masjid tersebut tidak terlihat dari Basilika Santo Petrus.

Syarat lainnya, menara masjidnha tidak lebih tinggi dari kubah Santo Petrus. Kemudian Islamic Cultural Center Italia pun dibentuk pada 1966, disahkan dengan dekrit presiden.

Sejarah masuknya islam ke kepulauan Sisilia, sampai ekspedisi ke Italia utara, berpuncak pada abad ke 8. Masuknya pasukan muslim ke kota Roma, berlangsung dari Afrika utara. Kontribusi Islam tak hanya berkisar di Sisilia maupun seputar Italia.

Tapi juga bagi kebudayaan Eropa saat itu. Baik berupa ilmu pengetahuan, seni, sastra, arsitektur dan ilmu pengetahuan lainnya. Bahkan seluruh kebangkitan pemikiran bangsa Eropa yang disebut jaman renaissance, merupakan hasil budaya muslim.

Karena invasinya kurang intensif, daratan Italia malah lepas dari tangan pasukan muslim. Puncaknya pada 1300, saat benteng pertahanan Islam terakhir di Lucera, Puglia, hancur. Sejak zaman penggabungan negara di tahun 1861 itu, jejak Islam hampir tidak ada lagi di Italia.

Barulah 900 tahun kemudian, Islam kembali ke Roma dan Italia. Dibawa oleh para pekerja, pedagang, pelajar dan mahasiswa yang berimigrasi ke sana, dari Afrika utara, Albania, Bosnia, Turki, Arab dan dari negara Islam lainnya. Mayoritas mereka bermukim di pulau Sisilia, Roma, Milan, Turin dan kota-kota besar lainnya, yang berbaur dengan masyarakat setempat.

Syiar Islam pun menyebar dengan pesat di Italia, seiring bertambahnya pemeluk Islam dan jumlah masjid, dari 16 menjadi 400 buah lebih hanya dalam jangka waktu 16 tahun. Kini Islam menjadi agama terbesar kedua di Italia.

Masjid Agung Roma yang arsitek dan konsultannya dipegang oleh Sami Maosawi, menandai bangkitnya budaya Islam di Italia.