Masjid Ibn Thulun merupakan salah satu masjid tua yang memukau, baik secara arsitektur maupun kekayaan sejarahnya. Pengunjung dari penjuru dunia datang untuk menikmati keindahannya.
Menurut sejarawan Al-Maqrizi, Masjid Ibn Thulun ini mulai dibangun pada tahun 876 Masehi, dan rampung pada 265 Hijriah, atau 878/879 Masehi.
Masjid ini merupakan peninggalan dinasti Abbasiyah yang ada di Mesir. Alkisah, Ahmad ibn Thulun, Gubernur Abbassiyah untuk Mesir yang memerintahkan membangun masjid atas nama dirinya.
Dibangun di atas bukit kecil bernama Gebel Yashkur (Bukit Ucapan Syukur), salah satu legenda setempat mengatakan bahwa di sinilah Bahtera Nuh beristirahat setelah Air Bah, bukan di Gunung Ararat.
Semula, masjid ini diperuntukkan sebagai pusat administrasi dinasti Tulunid, dan menjadi titik sentral ibu kota Al-Qata’i. Dari istananya Ibn Thulun, memungkin untuk bisa masuk ke mimbar masjid.
Namun pada abad ke-10, hanya tersisa masjidnya saja, sebab Al-Qata’i dihancurkan. Hingga kini, masjid Ibn Thulun masih berdiri dengan kokoh.
Masjid ini dibangun dengan gaya arsitektur Samarran yang umum dikenal dengan konstruksi gaya Abbasiyah.
Masjid asli memiliki air mancur (fauwara) di tengah-tengahnya, menutupi kubah emas yang didukung oleh sepuluh kolom yang terbuat dari batu marmer, dan di sekelilingnya terdapat 16 kolom marmer dan sebuah trotoar marmer.
Di bawah kubah itu ada cekungan berbentuk baskom yang terbuat dari batu marmer berukuran besar, yaitu berdiameter 4 hasta, dengan semburan marmer di tengahnya.
Pada abad ke-13, sebuah sabil, atau tempat minum air buat para pejalan, dipasang di bagian tengah masjid. Tepatnya saat Mamluk Sultan Lajin berkuasa di wilayah ini.
Di atas masjid ini, kita akan menjumpai sebuah menara yang dilingkari tangga. Bentuknya sangat cantik. Namun, terdapat kontroversi mengenai kapan menara ini dibangun.
Sebuah legenda mengatakan, menara ini memang dibangun di era Ibn Thulun, sebab pada suatu ketika dia sedang duduk-duduk bersama dengan para pejabatnya, dia menggambar sebuah desain menara.
Namun ada kesimpulan yang mengejutkan bahwa ternyata menara ini terindikasi tidak dibangun bersamaan dengan pembangunan masjid. Hal itu terbukti dengan konstruksi menara yang tidak menyatu dengan masjid.
Menurut sejarawan arsitektur, Doris Behrens-Abouseif mengatakan, bahwa yang membangun menara ini adalah Sultan Lajin, pada 1296 Masehi.
Hegrah Al Ula, atau Madain Salih merupakan situs arkeologi di tengah padang pasir di wilayah…
Keberadaan pengemis di Arab Saudi semakin memprihatinkan. Menurut laporan, sebanyak 90 persen pengemis yang ada…
Tanah Suci Makkah adalah tempat paling mulia untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena di…
Penyelenggaraan ibadah haji 2024 terbilang cukup sukses, bahkan sangat memuaskan menurut catatan Badan Pusat Statistik…
Setidaknya ada 7 julukan bagi Kota Makkah. Kota yang paling suci bagi umat Islam ini…
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dituding mangkir dari panggilan Pansus Angket Haji DPR dengan…
Lihat Komentar