Sejak diresmikan, Masjid Rabbani menjadi situs ziarah Muslim yang penting dan tempat menarik bagi wisatawan yang ingin mengetahuinya.
Tahap konstruksi
Penggalian lobang pondasi Masjid Rabbani dilakukan secara manual. Sehingga memakan waktu berhari hari.
Saat penggalian sudah hampir selesai, hujan deras turun. Para Jamaah begitu khawatir dengan situasi itu.
Lokasinya berada di tepi laut dan kaki perbukitan. Wilayah itu sangat rentan dengan derasnya aliran air dari daerah yang lebih tinggi. Air dikhawatirkan akan merusak lobang galian yang sudah mereka gali.
Blum lagi air akan menggenangi lobang tersebut. Sedangkan mereka sama sekali tidak memiliki pompa untuk mengeringkannya.
Keyakinan Syekh Seyni
Hal tersebut mereka sampaikan kepada Syekh Seyni.
Dia dengan tenangnya menjawab “Siapa yang memiliki Hujan ? Allah swt, jawab pengikutnya. Dan masjid itu dibangun atas perintah Allah, Mustahil Allah akan merusak suatu perkara yang sudah dimulai atas perintah-Nya”.
Tak ada yang rusak
Ketika hujan deras sudah berlalu, tidak ada kerusakan. Lobang yang sudah digali untuk pondasi tidak digenangi air. Proses pembangunan dapat dilanjutkan tanpa hambatan.
Semuanya dilakukan dengan tangan, termasuk mengaduk semen dan pasir hingga mengangkat dan memindahkannya.
Kisah pembangunan Masjid Rabbani tidak terlepas dari mimpi sufi, Syekh Mohamed Gorgui Seyni Gueye (wafat 2007). Dia dikenal sebagai tokoh masyarakat setempat.
Dalam mimpinya dia mengaku mendapat petunjuk untuk membangun masjid. Karena itu dia membangun Masjid Rabbani.
Seyni pernah ditunjuk menjadi akuntan dalam pembangunan Masjid Agung Touba. Pengalaman ini cukup menjadi dasar pembangunan masjid Rabbani.